Aku memiliki
seorang kawan.
Yang ayu
parasnya, baik budi pekertinya, cerdas tutur katanya. Orang-orang di sekitarnya
dapat dengan mudah menyukainya, karena sifatnya yang periang dan tawanya yang
renyah. Pun aku, yang dengan cepat dapat menganggapnya sebagai teman. Dan tanpa
perlu banyak waktu, menjadi teman yang lebih dekat.
Aku
mengenalnya selama kurang lebih empat tahun. Mungkin ada banyak kesamaan di
antara kami. Keacuhan kami terhadap sekeliling, ketidaksukaan kami terhadap
asap rokok dan semrawut jalan kota, kebiasaan kami memesan teh tarik tanpa gula
di kantin, kecintaan kami terhadap komik, dan banyak sekali hal lainnya.
Meskipun, tentu saja, ketidaksamaan di antara kami pun tak kalah banyak. Ia
cukup kuat untuk belajar dalam waktu yang lama. Aku sebaliknya. Ia secara
teratur membersihkan kamarnya hingga selalu terlihat rapi. Aku sebaliknya. Ia
menyukai jus pisang. Aku sebaliknya. Ia tidak suka nonton sepak bola. Aku jelas
sebaliknya.
Ia suka
sekali bercerita. Tentang banyak sekali hal, macam-macam. Tentang keluarganya;
ayahnya yang lucu, kedua adik perempuannya yang aneh-aneh, ibunya yang pendiam
namun perhatian. Tentang perasaannya terhadap seseorang dan orang-orang lain.
Tentang kejadian-kejadian yang ia alami pada hari itu dan hari lainnya. Tentang
pendapatnya terhadap segala sesuatu. Dan tentang banyak hal lain. Yang santai,
yang serius, yang pribadi, sampai yang sebenarnya tidak penting. Aku selalu
meladeni celotehnya dengan senang hati.
Ceritaku tak
sebanyak ceritanya. Aku lebih suka mendengarkan. Meskipun belakangan aku jadi
sedikit merasa bersalah karena sedemikian rupa ia mempercayakan cerita-ceritanya
kepadaku tapi aku tidak banyak mempercayakan ceritaku kepadanya. Seandainya
cerita memiliki sistem barter, aku pasti berhutang banyak sekali kepadanya. Apakah
aku kurang berhasil sebagai teman dekat? Biar ia yang memutuskan. Karena
sejujurnya sulit bagiku untuk membuka diri, dari dulu. Pertemanan yang
kudapatkan dengan beberapa orang yang masih bertahan hingga sekarang pun,
mungkin semuanya masih berada di permukaan, dangkal. Aku bisa menjadi sangat
cerewet, tapi pasti bukan isi hatiku yang sedang kubicarakan. Aku membutuhkan
usaha yang lebih untuk menceritakan hal pribadi. Pada awal prosesnya aku bahkan
merasa seperti sedang menelanjangi diri di depan banyak orang, sangat tidak
nyaman dan menyesakkan. Aku ini sebenarnya adalah orang yang sangat canggung,
kaku, cuek. Jauh lebih mudah bagiku untuk mencurahkan segala sesuatu lewat
tulisan. Maka inilah tulisan itu. Ini adalah confession-ku. Tapi, hei, tulisan ini bukan tentangku. Aku sedang
bercerita tentang seorang kawan.
Lepas dari ketenangannya
dalam menghadapi masalah, ia cukup moody.
Ketika sesuatu sedang mengganggu pikirannya, ia sulit untuk fokus terhadap hal
lain. Ada kalanya ia jadi banyak mengeluh dan tidak bisa diajak bicara. Hal
kecil pun bisa menjadi besar. Tapi sepertinya itu adalah masalah semua orang.
Jadi orang dewasa memang merepotkan.
Ketika aku
selesai menulis ini, bertambah satu tahun usia kawanku ini. Mungkin aku akan memberikan
ucapan ulang tahun yang klise, “Selamat ulang tahun, semoga sehat dan sukses
selalu.” seperti yang kuucapkan pada banyak orang lain. Bagiku pribadi, hari
ulang tahun bukan hari yang spesial. Orang-orang di rumahku seringkali
melupakan hari ulang tahun satu sama lain dan baru sadar di hari-hari
selanjutnya. Dan aku juga tidak berminat untuk merayakan ulang tahun dengan
kelewat mewah dan berlebihan, meskipun kalau aku diundang di salah satunya, aku
akan tetap datang.
Tulisan sederhana
dan sekenanya ini adalah sebuah ide yang numpang mampir dalam kepalaku tadi
sore. Bahwa aku ingin menulis sesuatu untuknya sebagai perayaan atas pertemanan
kami. Atas bertambahnya usia dan tuntutan untuk menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Aku ingin mengatakan kepada kawanku ini, bahwa ia telah menggenggam
sebuah kesempatan besar yang aku yakin akan membawanya pada
kesempatan-kesempatan lain di masa depan. Bahwa tidak hanya keberuntungan, tapi
usahanya lah yang senantiasa akan membawanya sampai kepada cita-cita. Bahwa
rasa sayang terhadap seseorang yang dimilikinya sekarang adalah sesuatu yang
berharga. Bahwa seiring doa-doa yang ia haturkan, sepanjang amal yang ia
usahakan, tidak akan hilang campur tangan Tuhan dalam pendiriannya, dalam
setiap keputusan yang sudah maupun yang belum diambilnya. Tentu saja jalan akan
terjal dan berlubang si sana-sini. Tapi jalan seperti itu akan membuat mata
tetap terbuka dan pikiran tetap terjaga, tidak seperti jalan lurus nan mulus, yang
apabila lama mengemudi di atasnya, kita bisa mengantuk dan menabrak palang
jalan. Jadi tenang saja.
Selamat
datang di usia baru, kawanku. Dunia yang terbentang luas itu tidak akan
menunggumu lebih lama lagi.
Mari
sama-sama berjuang. =)
makasih ya rah (;_;)
BalasHapusaku terharu. serius.
percayalah, apapun yang kau lakukan, segala sesuatu yang memang kau putuskan untuk tidak kau lakukan, itulah kamu dan aku menerimanya :)
sungguh aku bersyukur bisa ketemu dan sahabatan sama kamu. doaku selalu menyertai langkahmu..