Januari 08, 2011

(no title)

Aku memiliki tiga orang sahabat: Surya, Ana, dan Fani.

Surya luar biasa pintar, dan juga luar biasa kaya. Begitu kayanya sampai tak pernah sekalipun ia perlu melihat label harga atau nilai tukar mata uang. Ia tak pernah mengkhawatirkan krisis global atau harga barang yang terus naik. Ia tak pernah mencemaskan apapun.

Ana berasal dari keluarga menengah yang bahagia. Ia tidak terlalu pintar, namun ia cantik dan dewasa. Ia berpegang teguh pada agamanya dan tak pernah ragu melangkahkan kakinya. Ia selalu terlihat percaya diri berjalan di jalan yang telah ia pilih.

Fani sedikit misterius. Ia jarang membicarakan dirinya, namun ia merupakan seorang pengamat yang baik. Ia juga mempunyai selera humor yang tinggi. Hanya dengan beberapa patah kata ia bisa membuat seseorang terpingkal-pingkal hingga sakit perut.
Terkadang ia menghilang, tapi selalu kembali kepada kami.

Kami telah bersahabat cukup lama.


Suatu hari, datang seorang perempuan dalam lingkaran persahabatan kami. Ia bernama Reni, cantik dan atraktif. Kami bersedia menjadikannya teman kami.

Namun setelah beberapa waktu berselang, aku menyadari bahwa keputusan kami salah.

Reni adalah seorang penyihir jahat.

Ia melakukan segala cara untuk mendapatkan cinta Surya. Ia menghipnotis, mencuci otak, menghapus ingatan, memberi berbagai ramuan kepada lelaki malang itu, hingga akhirnya Surya berubah menjadi anjing peliharaan bodoh yang tergila-gila kepadanya.

Ia mencengkoki Ana dengan berbagai makian dan cacian pedas yang menusuk Ana bagaikan gergaji mesin. Sambil tertawa terbahak-bahak seperti orang gila, ia terus menusuk Ana, mencabik-cabiknya, mengulitinya, hingga gadis malang itu hanya berupa selongsong kosong—mayat hidup yang bisa berjalan.

Fani?
Ia pergi menghilang entah kemana. Ia pergi tanpa tanda, dan tak pernah kembali.

Reni telah mengacaukan segalanya.

Ia adalah seorang perempuan bermuka dua—bahkan lebih—yang dengan mudah dapat menelanjangi dirinya dengan menjual fitnah dan gosip palsu tentang orang lain demi mendapatkan simpati.

Ia menjilati satu sepatu baru setelah memuntahi sepatu lamanya, yang dulu ia jilati dengan bernafsu pula.

Ia senang membunuh, dan selalu tertawa girang saat melakukannya. Ia membunuh orang-orang yang membahayakan reputasinya, lalu menggantung mereka terbalik di kawat listrik, di tiang bendera, di tali jemuran, di mana-mana, agar ia bisa menyaksikan para pengikutnya menertawakan mayat-mayat itu.

Ya, ia bahkan punya banyak pengikut—orang-orang hina yang memuja kebejatannya.


Reni adalah penyihir kejam yang sakit jiwa.


Aku ingin mengambil kembali ketiga sahabatku, namun apa dayaku?
Aku pengecut dan sendirian.

Pengecut dan sendirian.
  
Karena itu aku membutuhkan Surya.
Karena itu aku membutuhkan Ana.
Karena itu aku membutuhkan Fani.

Entah bagaimana caranya, aku akan mengambil mereka kembali, meskipun itu akan memakan waktu berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun.
Entah bagaimana caranya.
Entah bagaimana caranya.


Entah bagaimana caranya
.




-bersambung hingga entah kapan-