November 28, 2011

Apakah di Surga Ada Kucing?

Kira2 hampir dua minggu yang lalu, tepatnya hari selasa malam, kucingku tiba2 menghilang.


Dia luar biasa lucu--dengan bulu putih bertotol coklat di tempat2 yang sangat random. Matanya sebelah warna kuning, sebelah warna biru. Ekornya pendek dan membuntal di ujungnya. Ia berbeda dengan kucing2 lain yang pernah kupelihara sebelumnya, yang sebagian besar bulunya berwarna abu2 belang putih. Namun sama seperti kucing2 lain sebelumnya, ia kuberi nama layaknya pemain sepak bola dunia yang sedang kugemari. Ya, kucing spesial ini kuberi nama Ozil.


Bersama dengan keistimewaan dari matanya yang berbeda warna, dalam dirinya ada keistimewaan lain. Ia sangat hiperaktif--berlari kesana-kemari, menerkam dan menggigit semua benda yang bisa dilihatnya, memanjat gorden, mengacak jajaran sepatu dalam rak, menyakar2 kulit sofa, dan semua hal yang biasa dilakukan anak kucing, ia melakukannya dua kali lipat. Ia juga cepat belajar. Aku mengajarinya untuk buang air di toilet hanya dua kali, dan ia sudah bisa melakukan sendiri selanjutnya.


Ia tidak pernah merepotkan. Kecuali sekali kejadian ketika ia buang air di ranselku (dan membuat buku latihan soal N2 dan kamusku nggak bisa dipakai lagi - -), ia tidak pernah benar2 membuatku kesal atau repot dengan perilakunya.


Ia suka mengeong di depan pintu kamarku, minta diijinkan masuk. Kalau aku sedang belajar atau internetan (most of the time sih internetan =B), dia suka tidur berbantalkan adaptor laptopku, atau dengan sedikit berisik dan memaksakan diri, masuk di antara celah2 buku dalam rak dan tidur di balik buku2 itu. Di kamar adikku, ia suka tidur di atas stabilizer (ya, entah kenapa dia suka tidur di dekat alat2 listrik dikelilingi kabel - -). Kalau tidak sedang tidur, ia sangat senang bermain dengan boneka sapi kecil pemberian seorang kawan di hari ulang tahunku dua tahun lalu. Boneka sapi itu seperti lawan gulat saja dibuatnya, padahal tentu saja boneka itu tidak melawan. Seandainya ini adalah kisah Toys Story, sapi kecil itu pasti sudah balas dendam karena Ozil tidak hanya membanting2nya kesana-kemari, tapi juga menggigiti dan menyakarinya (untuk kawanku yang dulu ngasih boneka itu, maaf ya~ hehe =P).


Ia lucu sekali ketika sedang bermain, sama lucunya dengan ketika dia tidur, makan, atau apapun. Ia lucu, sangat lucu.
Terlalu lucu dan menyenangkan untuk hilang.


Selasa minggu lalu, saat aku berangkat ke kampus pagi hari, ia masih ada. Seperti yang selalu kulakukan, aku memastikan agar dia ada di dalam rumah sebelum aku menutup pintu rumah. Aku melakukan ini karena aku tahu ada kucing2 preman di luar sana yang selalu sewot dengan kedatangan kucing baru di wilayahnya. Aku tidak pernah berhasil punya kucing dalam jangka waktu yang lama, salah satu dan sebagian besar alasannya adalah karena hal ini. Persaingan kucing di daerahku terlalu ketat--benar2 sebuah hutan rimba dengan segala hukumnya di luar sana--sekali kucingmu hilang dari pengawasan, ia mungkin sudah entah di mana, berlari dan sembunyi dari kejaran kucing2 preman sok penguasa itu.
Jadi hari itu, belajar dari pengalaman, aku memastikan ia ada di dalam rumah, lalu menutup pintu.


Tapi ketika aku pulang malam harinya, ia sudah tidak ada.


Tentu saja aku tak bisa memastikan agar pintu rumahku selalu tertutup. Ada nenek dan tanteku juga di situ, dan kemungkinan besar Ozil ikut keluar ketika mereka membuka pintu, dan--tidak seperti aku dan ibuku--nenek dan tanteku ini mungkin tidak memanggilnya lagi untuk masuk ke rumah sebelum menutup pintu, dan jadilah dia di luar sana, entah apa yang terjadi.


Aku membuat status FB tentang ini, dan beberapa orang berkomentar bahwa kucing hilang itu biasa, paling2 tiga hari atau seminggu kemudian dia bakal pulang. No, that's never happen here. Once your cat lost, it won't come back to your house, no matter how much you're waiting. Welcome to the jungle.


Malam itu, tanpa peduli besoknya ada tes monkasho--semacam tes perebutan beasiswa ke jepang dari departemen pendidikan jepang--aku mencarinya. Aku mencarinya sampai ke hutan jati, sawah, rumah tetangga, tempat sampah bersama, dan semua tempat yang mungkin didatanginya untuk bersembunyi. Seperti orang stress, aku memanggil2nya dalam kegelapan, sendirian.
Nihil. Aku pulang tanpa hasil. Lalu aku menangis.


Malam itu aku terjaga smapai dini hari, membuka semua pintu yang menempel di dinding rumahku, membuka jendela kamarku, memasang telinga tajam2, berharap dan berdoa sepenuh hati, agar suatu waktu di malam itu ada suara keongannya di kejauhan, meminta pertolongan.
Tetap saja tak ada. Setelah beberapa kali tertipu dengan suara kucing lain, aku pun tertidur. Tapi sejak saat itu aku terus berdoa agar ia bisa kembali.


Aku terus meminta kepada Tuhan dalam setiap doaku setelah sholat, hingga suatu malam beberapa hari yang lalu aku menemukan sesuatu yang sangat mengejutkan.


Malam itu aku sedang naik motor pulang dari membeli titipan ibu. Ketika sudah dekat rumah, sekelebat kulihat warna putih anak kucing tergeletak dekat ban motorku melintas. Tidak aku tidak menabraknya, tapi aku melewatinya begitu saja. Namun setelah aku berjalan lagi barang tiga atau lima meter, kenyataan itu menyambarku bagai petir--anak kucing berwarna putih.


Tiba2 pandanganku gelap. Aku menghentikan motorku. Sekelilingku sepi, hanya jejeran pohon bambu di sebelah kanan dan tanah kosong di sebelah kiri, tidak ada lampu.
Sepersekian detik pikiran2 berkecamuk, sebelum akhirnya kuberanikan diri memutar balik motorku untuk memastikan. Tidak, bukan suasana sepi nan angker tanpa cahaya itu yang kutakuti, sama sekali bukan. Aku takut akan kemungkinan yang menantiku bila aku memutuskan untuk sekali lagi melihat kelebatan tadi. Takut sekali. Tapi kubulatkan keberanian.


Dengan samar2 cahaya lampu hanya dari motorku, aku melihatnya. Seekor anak kucing berwarna putih, tubuhnya kurus kering, tergeletak--mati.


Angin serasa menampar keras wajahku seiring kutelusuri tubuh tak bergeming itu dengan mataku. Bulunya putih. Besarnya mungkin sama dengan Ozil. Bahkan totol coklat yang random itu terasa familiar. Dan ekornya? Tidak, aku tidak bisa melihat ekornya dengan jelas. Tubuhnya menutupi sebagian ekornya. Apakah itu artinya ekornya panjang, dan bukan membuntal seperti ekor Ozil?


Kemudian dengan sangat mengejutkan berbagai penolakan menyerbu seluruh indraku, menguasai penglihatanku.
Hei, Ozil sudah sedikit lebih besar daripada ini ketika dia hilang!
Hei, totol coklatnya bukan di situ!
Hei, dia tidak mungkin jalan sampai ke sini! Kalaupun iya, seharusnya dia sudah melihatmu mondar-mandir dari kemarin2!
And come on, that tail?? it's definitely not him! pffft


Napasku mulai memburu. Apakah itu dia? Atau bukan?
Sebenarnya ada satu cara untuk memastikan: melihat ekornya dengan jelas. 
Saat itu malam dan satu2nya cahaya berasal dari lampu motorku, jadi aku tak bisa melihat ekornya dengan jelas, namun kelihatannya ekornya cukup panjang untuk tertutupi sebagian oleh tubuhnya. Entahlah. Aku tidak yakin, dan aku sangat takut untuk meyakinkan diri.


Akhirnya dengan napas tercekat aku berbalik dan pulang. 


Kutinggalkan begitu saja mayat itu, bahkan tanpa menguburnya. Aku takut apabila aku menguburnya, maka aku harus mengangkatnya, dan mungkin akan menemukan kenyataan yang sangat tidak menyenangkan. Ketakutan itu merambati kulitku dengan sangat mengerikan. 
Takut. 
Takut sekali.


Aku sampai di rumah dalam keadaan gamang dan masih tercekat. Tanpa ba-bi-bu aku langsung masuk kamar, lalu membenamkan mukaku ke bantal. 
Dan pemandangan yang baru saja kulihat tadi terus terulang dalam benakku, berulang-ulang, antara jelas dan kabur, kadang hitam-putih--mempermainkan memori dan emosi.


Tanpa bisa dicegah, ketakutan pun menjelma menjadi kesedihan. 
Besar, menerjang dengan cepat--seperti tsunami. Menangis pun tak dapat kuhindari. Kukeluarkan saja, toh itu memang membuatku merasa jauh lebih baik.


Mungkin tidak masuk di akal kalian betapa aku sampai seperti ini hanya karena seekor anak kucing. Aku sendiri terkejut, aku sudah pernah memelihara kucing beberapa kali--semuanya tidak berhasil dengan baik. Kecuali mungkin satu, yang berhasil kuurus sampai besar sebelum akhirnya minggat karena kemauannya sendiri (bagaimana aku tahu itu, katamu? percayalah, aku tahu). Tapi selain itu semuanya gagal. Hilang sebelum dewasa. I'm suck. 


Ozil adalah kucing pertama yang kupelihara setelah beberapa tahun aku tidak memelihara kucing. Ketika temanku menawarkan kucing ini, aku membutuhkan banyak pertimbangan dan keberanian untuk memutuskan.
Aku ingin memelihara kucing. Kali ini saja, aku ingin berhasil membesarkannya dengan baik. Aku akan membawanya ke dokter kalau ia sakit. Aku akan memberinya makan banyak minimal tiga kali sehari. Aku akan membiarkannya tidur di dalam rumah, setelah aku mengajarinya agar buang air di toilet. Aku tidak akan melepaskan pengawasan ketika ia bermain di luar.
Dan aku benar2 sudah melakukan semua itu. This one is so special.


Karena itulah ketika ia hilang, apalagi ketika aku melihat mayat kucing itu--yang, sekali lagi, mungkin juga bukan dia--rasanya seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Beberapa jam sebelumnya aku masih mendengar suara eongannya, lalu tiba2 hilang. Ini bukan hanya soal kucing. Mungkin ada ribuan kucing di seluruh dunia yang mati setiap harinya. Jangankan kucing, manusia pun begitu. 
Ini soal betapa sesuatu yang sangat kusayangi hilang. Dan lagi--dengan faktor utama bahwa aku luar biasa menyukai kucing, lebih daripada tas mahal bermerk yang bisa kudapatkan gratisan atau sepatu super kece yang kutemukan di jalan, atau voucher gratis slushie dan kalimilk selama setahun penuh--rasa kehilangan itu jadi berkali lipat. 
  
Jadi aku tak peduli kalau mungkin kau beranggapan aku lebay sekali dalam hal ini, tapi begitulah. Cerita di atas itu benar adanya, bukan dramatisasi.


Lagi-lagi aku gagal. Sangat gagal.
Mungkin sementara ini aku tidak akan memelihara kucing. 


Seandainya bisa, aku ingin memberi makan semua kucing liar di seluruh dunia dan memberi mereka tempat hidup yang layak, lalu mengajari mereka untuk hidup damai. But, hey, look at us, human. We can't even afford it to our own kind. 


So i can't help but wonder if there any cat in heaven.




Wahai Tuhan, apakah di surga ada kucing?







-good night and sweet dream-

November 22, 2011

Rupanya Ia Telah Bertemu dengan Peri Pohon

Ia menemukan dirinya adalah setetes air
awan memuntahkannya ke udara, lalu disambut angin
berderu kencang mengoyak kulitnya
mendarat di dahan sebuah pohon

besar dan kokoh, tua

Ia melihat perapian
dan sebongkah makan malam

hei, ajak aku
katanya

lalu sesosok menyambutnya
silakan masuk
katanya

mereka lalu makan bersama.



=========================================================================

also read Rupanya Aku Sedang Mengejar Peri Pohon

Oktober 27, 2011

1 Hari = 24 Jam, Kurang --kata Ibu

Satu hari=24 jam 
-kata dunia.




Kenapa dalam satu hari hanya ada 24 jam?
-tanya ibu. 


Padahal ibu harus bangun sangat cepat, lebih cepat dari semua orang di rumah. Mempersiapkan kebutuhan ayah, kakak, dan adik yang banyak dan bermacam-macam. Memasak lauk dan menanak nasi untuk sarapan. 
Ternyata adik tidak suka nasi dan kakak tidak suka sayur. 
Maka ibu memanggang roti. 
Lalu ibu menyiapkan seragam adik yang sejak kemarin belum sempat diseterika. 
Sambil menunggu seterika panas, ibu mencuci pakaian ayah yang semalam baru pulang dari luar kota. 
Memang ada mesin cuci, tapi menurut ajaran turun-temurun baju putih harus dicuci terpisah dengan manual. 
Belum selesai seterika dan cucian, ternyata gorengan di dapur sudah gosong, padahal ayah dan kakak sudah bangun untuk bersiap-siap berangkat. 
Apa boleh buat semua sarapan roti. 
Akhirnya semua berangkat, ibu sendirian. 
Rumah tetangga sebelah mengundang untuk bergosip, tapi ibu harus menyelesaikan cucian dan seterikaan yang sudah menumpuk. 
Belum lagi kumpulan baju putih yang tadi pagi direndam siap untuk dikucek sekarang atau ia akan menjadi bau. 
Lalu ibu menjemur pakaian. 
Banyak sekali sampai tali jemuran sepanjang benang layangan itu tidak cukup dan terpaksa sisanya dijemur di dalam kamar. 
Kemudian ibu menyapu. 
Dapur, ruang tengah, kamar-kamar, ruang tamu, dan beranda. 
Kemudian ibu mengepel lantai. 
Dapur, ruang tengah, kamar-kamar, ruang tamu, dan beranda.
Ibu harus menyiapkan makan siang untuk adik yang pulang cepat. 
Telur dadar pun jadi, karena adik sangat suka telur. 
Namun ternyata ketika adik pulang ia sudah jajan bakso di kantin sekolah. 
Apa boleh buat ibu memang kasih adik uang jajan. 
Ibu kembali melanjutkan seterikaannya. 
Ketika selesai, ternyata sudah sore. 
Ayah dan kakak sudah mau pulang, maka ibu harus memasak makan malam. 
Lele goreng dan sambal terasi pun jadi, karena hanya itu yang ada di kulkas. 
Besok pagi harus ke pasar lagi. 
Setelah itu semua mandi dan cucian kembali menumpuk, padahal ibu baru saja melepas sprei yang sudah dua bulan dipakai dan sudah menuntut untuk dicuci. 
Banyak sekali cucian tak ada habisnya. 
Ketika cucian baru dikerjakan separo jalan, ibu sudah sangat mengantuk tapi rupanya adik ingin bantuan dalam mengerjakan pe-er. 
Ayah dan kakak pun semua punya pe-er. 
Orang Indonesia memang sangat suka pe-er. 
Maka ibu membantu adik. 
Adik selesai, ibu pun menyelesaikan separo cucian, sisanya dilanjutkan besok. 
Piring kotor pun menumpuk, tapi ibu sudah terlalu mengantuk, dan obat ngantuk adalah tidur. Maka ibu pun tidur.






-to be continued-

Oktober 19, 2011

Ketika Dua Bulan Kita Tinggal Bersama

Hello, there~~


very very long time no see!! XD


akhirnya setelah sekian lama aku nulis lagi di sini...alhamdulillah..




jadi, apa saja yang sudah terjadi?
Buanyak. Buanyak banget sampe aku bingung kudu mulai dari mana..sebenarnya tadinya aku berniat menulis semua hal yang berhubungan dengan KKN, tapi pulang KKN aku malah disibukkan dengan beberapa hal--yang  nantinya insya allah akan kutulis juga--dan akhirnya jadilah aku baru nulis sekarang setelah benar2 selo.


baiklah, KKN. Meskipun udah selesai sejak kira2 sebulan (atau lebih) yg lalu, tapi atmosfernya kadang2 masih terasa, dan ketika sedang berkumpul dengan teman2 kuliah atau teman2 laen yang--katakanlah-- non-KKN, pembicaraan tentang kegiatan yang satu itu selalu muncul tak terhindarkan. Dan sekalinya topik KKN muncul, kami bisa membicarakan pengalaman masing2 sampai berbusa2, saling memamerkan segala hal baru yang kami dapatkan selama dua bulan berada di dimensi lain itu. Ada yang dapat *ehm* pacar baru, ada yang digosipin, ada yang (hampir) di-pelet sama ibu2 maniak tetangga sebelah, ada yang WC rumahnya nggak ada pintunya, etcetra etcetra. Semua itu akan terangkai menjadi satu membentuk sebuah simpul kenangan yang akan kita tertawakan di masa depan. Berbahagialah, orang2 yang pernah KKN! =D


Sebagai pemanasan, aku ingin bercerita tentang teman2 yang tinggal serumah denganku selama (hampir) 2 bulan kami menjalankan program. Tidak ada hal yang kusembunyikan (kecuali perlu =P) dan tidak ada hal yang kulebih2kan (mungkin =P). Ini adalah murni pendapatku tentang kalian berdasarkan kebersamaan yang telah kita lewati. Tentu saja, penilaianku bisa jadi salah, mengingat pada awalnya kedekatan kita adalah sesuatu yang dipaksakan--mau nggak mau jadi dekat karena satu rumah--tapi itu semua tidak mengubah kenyataan bahwa pada akhirnya, kita memang menjalankan kehidupan secara bersama2 di sana. =)


Ok, here we goes. Be open minded dan nggak usah berasumsi atau berprasangka apapun hanya karena aku--misalnya--memuji atau membuat pernyataan yang sekiranya bisa menimbulkan fitnah (lebay). Terima postingan ini apa adanya.
Oh, FYI, aku serumah dengan lima orang cowok dan satu orang cewek. Yea, sebut saja sarang penyamun.




1. Fauzan Romadlon


Mungkin ketika melihat foto ini anda sedikit bingung, yang mana Fauzan? Yang menggendong ato yang digendong? Meskipun kelihatannya mirip, saya tekankan bahwa beliau adalah yang sedang menggendong. Sekali lagi saya tekankan bahwa beliau adalah yang sedang menggendong, bukan yang digendong. Kecuali anda tidak melihat bedanya. *peace, rek* =P


Orang ini aku tulis pertama karena dia adalah kormasit--sebutan untuk kepala suku rumah kami. Kerjaannya masak, nyuci, ngepel, nyapu..lah, ini kepala suku apa pembantu?? haha
Nggak ding, Fauzan--atau biar lebih singkat aku tulis Uzan--adalah seorang yang baik hati dan rajin beribadah. Dulu awal2 kenal kukira dia semacam cowok2 alkacong (bagi yang nggak tahu apa itu alkacong, silakan googling atau tanya orang di sebelah anda) yang kalo ngobrol sama cewek nggak mau liat matanya dan menganggap lagu2 berbahasa Inggris itu haram (nggak ding, ini lebay). Tapi setelah kenal lebih dekat, ternyata orangnya LUCU BANGET!
yap, 'lucu banget' pake capslock, karena rasanya semua yang dia omongin itu bisa diketawain. Padahal tadinya kukira orangnya serius dan pendiam. Malah, berkolaborasi dengan teman2ku yang lain, Uzan ini hobi banget ngejek2in aku. Tapi nggak apa2, berdasarkan pengalaman, kalau beberapa orang itu mulai saling mengejek (dalam konteks bercanda, tentunya) artinya mereka sudah nggak saling sungkan lagi satu sama lain, which is a good point.


Uzan ini belajar di Perguruan Teknik Pertanian dan berasal dari Jawa Timur, tempat yang sama dengan ibuku, jadi kami seringkali ngobrol pake basa Suroboyoan. Dia juga pinter masak--meskipun kadang kalo ngasih bumbu agak, ehm, berlebihan, di bulan awal kami selalu berpartner di dapur, sebelum akhirnya pada bulan puasa dibuat jadwal masak karena kasian sama kami yang kerjaannya masak mulu di rumah ="=. Bersama2, kami juga pernah iseng2 bikin cemilan jebakan: pisang bakar yang diisi teri, merica, dll. Haha..ternyata iseng juga dia.


Di luar dugaan, ternyata cowok satu ini bisa maen gitar dan demen sama band2 macam Padi, Sheila on 7, sampai Linkin Park. Meskipun suaranya *ehm* fals banget (sori, pak) tapi genjrengannya lumayan lah buat nyanyi2 di sore hari.


Kadang2 Uzan gampang galau, tapi bisa sembuh dengan cepat. Bahkan ketika di pertengahan KKN terjadi sesuatu--yang tidak perlu diceritakan--yang membuatnya terlihat sangat2 down sampai aku khawatir dia bakal jadi gila dan memutuskan untuk tinggal di desa itu seumur hidup sambil membuka usaha bakpia, ternyata dia bisa sembuh dengan cepat dan kembali melucu seperti biasa. You're tough, boy.


Masalahnya satu: pak kormasit ini kadang (ato sering) melupakan detail2 mengenai sesuatu yang penting dan akhirnya kerempongan (dan merempongkan orang lain =P) di akhir. Dan entah kenapa bahasa sms nya agak nggak nge-dong-in alias susah ditangkap maksudnya. Udah gitu beliau ini sering melakukan atau mengatakan sesuatu yang sangat geje dan random, sampai2 kami bingung menghadapinya. But it's not a big deal, really. .


Oh, dan betewe, orang ini masih utang nyawa sama aku, karena setelah pulang aku yang ngerjain tugas2nya sebagai kormasit gara2 dianya udah mudik duluan.
Pokoknya hutang adalah hutang. Muahahahahaha.


And that's our leader. You're so inspiring, really. =)




2. Agung Prabowo


Cih. Aku cari2 foto candid yang fail ato foto yang lucu kok nggak ada ya? Nggak asik. =3=


Anyway, selanjutnya adalah (mas) Agung. Kenapa aku tulis 'mas' dalam kurung? Karena sebenarnya beliau ini *cough* angkatan 2007 *cough* which is lebih tua daripada kami semua serumah *cough cough*. Tapi meskipun lebih tua, aku nggak manggil dia 'mas', soalnya emang kharismanya kurang untuk dipanggil mas. *peace, bro* =P


Agung ini juga punya jabatan: kormater sosial-humaniora, yaitu semacam kepala suku semua mahasiswa yang berguru di bidang sosial humaniora, seperti Fak. Ilmu Budaya (tempat saya berguru), Fakultas Sosial Politik, Psikologi, dll. Dia sendiri belajar di perguruan Fisipol jurusan Sosiatri dan asli orang Jogja, jadi kalo aku ngobrol sama dia pake basa jawa jogja. Menyenangkan bisa menggunakan dua jenis bahasa Jawa kepada orang2 yang berbeda dalam satu waktu. Haha.


Cowok satu ini terkenal akan sifatnya yang 'selengehan', ceroboh, dan sembrono. Beneran deh, waktu saatnya ngerjain laporan-KKN-yang-sumpah-nyebelin-banget itu dia perlu banyak didorong dan dimarahi baru bisa kelar. Ya memang sih, waktu kerja di lapangan lumayan sigap, tapi ini dua hal yang berbeda. Sekarang aja, di saat seharusnya *cough* ngerjain skripsi, dia malah *cough cough* baca komik dan maen game. =P


Kalau diingat2 sepertinya aku cukup banyak menghabiskan waktu dengan orang ini. Bersama seorang temanku yang lain yang beda rumah, kami pernah naik tebing (yang cukup rempong buat dinaiki seorang cewek kelebihan berat badan yang nggak pernah naek gunung, sebut saja saya) dan menemukan (salah satu) sunset paling indah yang pernah kulihat. Seriously, that was AMAZING. Di segmen yang lain nanti akan kuceritakan tentang pengalaman yang satu ini, lengkap dengan fotonya. Tunggu aja.
Anyway, waktu naek tebing demi melihat sunset itu, sandalku jebol dan dengan baik hatinya Agung meminjamkan sandalnya sementara dia sendiri nyeker. I thanked you for that one. =)


Di kesempatan yang lain di bulan puasa, bersama2 kami juga pergi ke Bima naek motor. FYI, dari desa tempat KKN ku ke Bima itu memakan waktu 2 jam naek motor, dan jalannya LUAR BIASA 'menyenangkan'. Yeah, bolong di sana-sini, berpasir di sana-sini. Kau bilang jalan selokan mataram yang bolong2 dan kalau lewat situ pas hujan bisa nyungsep itu jelek? Trust me this is waaaay worse than that. Tapi apa boleh buat, kami harus pergi karena Agung harus ambil duit dan aku harus beli kacamata--soal insiden hilangnya kacamata ini akan kuceritakan di lain kesempatan. Tunggu saja.
Kami juga seringkali jadi dua orang yang terakhir pergi tidur, karena sama2 biasa begadang. Kami memang tidak menaati lagunya bang haji, but so what.


Cukup sekian tentang Agung, I owe you lots of experience. =)




3. Prastowo Murti


Nah, kalo yang ini aku sengaja ambil foto yang oke. Ganteng nggak? Kalo menurutmu dia ganteng, itu wajar, karena di desa KKN kami dia lah idola para wanita--lebih khususnya, cewek2 ABG alay labil yang tiap ketemu kerjanya teriak2 histeris sambil minta foto. Buset dah.


Biasa dipanggil Pras, cowok ini belajar di perguruan Fisika (salah satu bidang ilmu yang sudah kutenggelamkan jauh2 eksistensinya dari otakku bertahun2 lalu) dan juga berasal dari Jawa Timur. Jadi kalau kebetulan aku, Uzan, dan Pras berada dalam satu forum kami biasa ngobrol pake Suroboyoan.


Jangan tertipu oleh kegantengannya. Sebenarnya orang ini SANGAT cerewet. Udah gitu kadang bertingkah kayak ibu2, kadang bertingkah kayak banci jablay pinggir jalan yang mau ngamen tapi kurang modal. Pokoknya adaaaa aja tingkahnya yang geje, adaaa aja yang bisa diejekin. Dan semua itu menurutku membuat Pras sangat lucu. Lucu buat diketawain lho, bukan lucu yang kalo cewek2 bilang "iiih luchu bangyeeeett~~".


Pras adalah satria bergitar. Di tim kami cuma dia yang bawa gitar. Bahkan mungkin, di seantereo desa cuma rumah kami yang ada gitarnya (nggak ding, kayaknya ada yg punya sih, tapi dikit). Dengan gitar Pras, kami sudah memainkan banyak lagu, mulai dari lagu galau, lagu jadul, sampe lagu dangdut sudah coba dimainkan dengan gitar itu. Tapi sodara2, suatu hari terjadi sebuah kejadian yang mengguncang dunia persilatan: gitarnya Pras rusak!! Dan yang ngerusak tak lain dan tak bukan teman tim kami sendiri yang beda rumah. nyot nyot.
Tapi jangan salah, meskipun udah jebol, gitar itu masih kami alunkan setiap sore, menemani canda tawa kami, sampai akhirnya sebelum pulang gitar itu kami kasih ke anak tetangga yang hobi maen ke rumah.


Kalau dipikir2, Pras itu sebenarnya menyeimbangkan kehidupan kami di rumah itu. Dia rajin mengingatkan dan sangat cerewet soal kebersihan dan kerapian. Misalnya suka risih sendiri kalau ruang tamu kami--yang aslinya berantakan--lebih berantakan lagi, atau kalau pasir yang tiada henti masuk rumah semakin menumpuk di sudut2 ruangan, atau kalau baju putihnya terkena noda yang nggak bisa hilang, dan hal2 lain macam itu. Kayak ibu2, kan?


Selain bisa jadi ibu, dia juga bisa jadi teman curhat yang baik. Aku nggak pernah curhat2an langsung sih, but i can see that in our late heart to heart conversation with everybody else. Sepertinya dia selalu punya nasehat ato hal apapun untuk dijadikan nasehat, and he's good at it. =)


Kadang2 Pras juga suka heri--heboh sendiri. Suuuuuper heri. Bangun tidur dia joget2 geje, nyanyi2 lagu geje ciptaan sendiri yang liriknya disesuaikan dengan apa yang sedang ia lakukan saat itu, mengatakan hal2 geje, dan bereaksi berlebihan terhadap beberapa perkataan.
Dan aku selalu menertawakan semua ke-geje-an yang dia lakukan. haha.


And that's our Pras: a mom, a friend, and everything he could be for us. =)




4. Andi Hakim




Aaahahahahahahahahahahahaha foto ini! FOTO INI!!! XDDDD
Sebelumnya saya minta maaf sebesar2nya kepada saudara Hakim..saya sama sekali tidak bermaksud menodai nama baik Anda ataupun menjauhkan Anda dari para penggemar wanita Anda, tapi saya tidak dapat menahan diri untuk tidak meng-upload foto ini!! hahahaha


Ada cerita di balik foto mengesankan ini. Hakim ini doyan banget tidur. Aku curiga ada chemistry sangat kuat yang terbangun antara bantal, guling, dan Hakim, sampai2 begitu kepalanya beradu dengan bantal, dia langsung tewas seketika. Dan sekalinya dia menyeberangi gerbang dunia mimpi, bakal susah banget dibangunin.
Nah, ceritanya waktu itu dia lagi tidur siang, sementara beberapa dari kami yg laen lagi pada makan. Entah siapa yang memulai--aku lupa--kami tiba2 merasakan dorongan yang luar biasa untuk ngerjain Hakim. Jadilah kami coret2 mukanya dan (kalo nggak salah) Agung menjejalkan makanan entah apa itu ke mulutnya Hakim. Habis itu kami foto, dan kami mengagumi hasil karya kami dengan ketawa habis2an sampai sakit perut.
Sementara sang korban sendiri sama sekali nggak terbangun. - -


Begitulah cerita di balik foto ini. Kami mohon maaf sebesar2nya ya, Kim. Sungguh kami melakukannya karena kami semua menyayangimu. *ngeles


Oke, saatnya bercerita tentang Hakim.
Pada awalnya, Hakim terlihat sangat pendiam. Jarang terlihat dan jarang bicara. Keberadaannya sangat tipis (nggak juga ding, lebay). Tapi seiring berjalannya waktu, kelihatan deh aslinya.


Ternyata Hakim ini bisa jadi sangat cerewet, terutama kalo udah ketemu sama Pras. Kemiringan rumah panggung kami terus bertambah setiap kali mereka ejek2an. Udah gitu dia selaluuu punya ide buat membalas ejekan2 yg ditujukan ke dia..hebat, hebat..kayaknya aku musti berguru nih.


Hakim berasal dari Kepulauan Seribu dan berguru di Jurusan Perikanan. Terkenal dengan logat Betawi-nya yang khas, (serius, dia terdengar sangat WANGUN dengan bahasa Betawi-nya) cowok satu ini jago banget bikin pantun. Seandainya konflik di Timur Tengah bisa diselesaikan dengan perang pantun, dia pasti udah jadi relawan dan dielu2kan sebagai pahlawan di sana.


Anyway, meskipun foto yang kupasang di atas tidak terlihat menjanjikan, sebenarnya Hakim ini juga jadi idola remaja dan anak2 di desa kami. Mereka semua bilang kalo dia mirip bintang sinetron indosiar--bukan, bukan sinetron indosiar geje yang ada orang2 geje pake baju geje terbang2 geje naek naga geje, bukan--tapi sinetron yang semacam tiru2 salah satu drama musikal Amerika itu, aku lupa judulnya.
Intinya, menurut penduduk desa, Hakim itu mirip bintang sinetron. Dan aku nggak peduli, soalnya nggak pernah nonton sinetron. Hahaha.


Cowok satu ini punya suara serak-serak becek yang sangat yahud. Dia bagus ketika bertilawah, sama bagusnya dengan ketika dia nyanyi dangdut. Dan dia memang tahu banyak lagu dangdut. Mungkin suatu hari nanti dia bisa bikin genre lagu baru: dangdut pantun, yaitu lagu dangdut dengan lirik pantun, atau pantun yang dilagukan dengan irama dangdut. 


Ada satu kisah menarik lagi. Entah bagaimana, Hakim ini bisa bertemu dengan saudara yang sebelumnya tidak ia ketahui keberadaannya di desa tempat kami KKN. Ternyata ia memiliki keluarga di sana, sebuah kejutan yang tidak kami semua sangka.
Keputusan untuk ikut KKN jauh2 ke Bima itu bukan sembarangan. Ada campur tangan Tuhan dalam memainkan semesta agar mempertemukan kalian, dan saat itulah kita bisa mengatakan, "Kim, berarti kamu memang ditakdirkan untuk ikut tim KKN ini. Kamu ditakdirkan untuk pergi ke Bima."


Dan itulah Andi Hakim. Silently cheers up everybody. =)




5. Ardian Muthahar


Wow! Dia terlihat seperti orang Bima! Tentu saja, karena dia memang orang Bima! Wow! Mukanya keliatan nyebelin! Tentu saja, karena dia memang nyebelin! =P


Jadi, ini dia Ardian, tempat segalanya bermula. Dia lah sang pemuda pribumi yang mencetuskan ide mencari kitab suci jauh2 menyeberangi dua pulau dan tiga selat ini. Dia lah (lebih tepatnya bapaknya) penyambung dan penjamin kehidupan kami selama merantau di sana. 


Ardian, seperti yang tadi sudah kukatakan, berasal dari Bima (asli) dan berguru di perguruan Ilmu Sosial dan Politik jurusan Hubungan Internasional, dimana--secara kebetulan yang tidak disangka2--merupakan tempat ayah saya mengajar untuk mencari nafkah. What a coincidence that i joined this team! (lebay)


Pada awalnya Ardian ini terlihat serius dan pendiam. Aku ingat banget tiap rapat dia selalu terlihat sibuk dengan blekberi-nya--speaking of which, ini memang merupakan fenomena yang sedang marak: sepertinya semua pengguna blekberi sangat teratur menekuni blekberi mereka setiap saat--dan sangat jarang berbicara. Tapi ternyata oh ternyata, sama seperti yang laen, tidak lama kemudian kelihatan aslinya.
Ternyata dia juga cerewet, nyebelin, dan kadang kekanakan. Cerewet karena dia suka mengomentari segala sesuatu, nyebelin karena kalo udah ngejekin ato ngata2in, bisa jadi pedess banget, ngalah2in sambel SS--yang cabang Pogung, bukan SS Sagan yang sama sekali nggak pedes dan belakangan aku baru tau kalo itu ternyata bukan SS beneran *gak penting--dan kekanakan...karena apa ya?? entah, agak sulit dijelaskan, pokoknya ada kesan seperti itu..mungkin dari gaya bicaranya atau sikapnya dalam menghadapi situasi2.


Ardian ini juga seorang fotografer. Kalo nggak percaya, coba aja googling namanya, sapa tau ntar keluar foto2 hasil jepretannya. Dia selalu membawa2 kamera kesayangannya--yang terlihat mahal sampai2 kalo aku nggak sengaja ngejatuhin mungkin seppuku pun nggak bakal cukup buat ngganti (ya eyalah secara seppuku itu nggak ngeluarin duit--bagi yang tidak tahu apa itu seppuku, silakan cari di internet atau tanya orang di sebelah anda)--dan bisa dengan tepat menangkap momen atau pemandangan dengan bagus. Aku sangat menyukai beberapa hasil jepretannya (seriously, dude) tapi dalam beberapa kesempatan aku pinjam kamera itu buat coba2, hasilnya nggak pernah bagus. Memang sebagus apapun kameranya kalo yang pegang nggak bisa moto ya tetep aja nggak bisa. =__=


Kalau diingat2, sepertinya Ardian ini lebih sering menghabiskan waktunya di rumah tetangga sebelah daripada di rumah kami. Yah wajar juga sih, karena dia kan sudah terbiasa dengan penduduk setempat dan juga bisa ngobrol2 dengan bahasa Bima. Toh berkat itu juga, kami jadi sering dapat sumbangan bahan pangan dari tetangga2..=P


Cowok satu ini, kalo udah berkolaborasi dengan Uzan, Pras, dan Hakim, akan menjadi power rangers paling nyebelin sepanjang masa. Di rumah kami ada semacam tradisi dimana kalo ada yang nge-joke tapi garing, akan mendapatkan balasan yang setimpal atas kegaringannya tersebut. Misalnya kalo aku melontarkan sebuah lelucon tapi ternyata nggak lucu alias garing, si Ardian pasti langsung nyeletuk "garing" dengan nada dan ekspresi yg sangat menyebalkan. Berawal dari situ, dimulailah perang garing di rumah kami, dengan berbagai macam hukuman yang semakin hari semakin revolusioner dan mematikan kreativitas  (baca: makin geje) si pembuat lelucon. I found it veeery interesting, it makes us closer than ever when we're doing this. =D


Dipikir2, kami semua harus banyak2 berterima kasih pada Ardian sekeluarga. Bukan hanya soal pemenuhan kebutuhan selama hidup di sana, tapi juga tentang urusan berbagai macam hal yang tidak diketahui orang awam seperti saya, dan mungkin termasuk juga birokrasi dan lain2. Entah apa yang bakal terjadi kalo nggak ada Ardian (dan keluarganya, dan para pemerintah daerahnya)..mungkin kami semua akan tersesat dan kelaparan...


Untuk itu, aku ucapkan berjuta terima kasih. Kalo kurang bilang aja, ntar kukasih nomer rekening.


And that's our local boy, always be there for everything. =)




6. Yuar Dwitami


Daaaaan sampailah kita pada member terakhir sekaligus satu2nya teman wanita saya di rumah kami: si kecil Yuar! =D
Aku nggak bermaksud jelek dengan mengatakan 'kecil' karena dia memang bertubuh mungil, sangat berkebalikan denganku. Untungnya selama kami tidur bareng di atas satu kasur kemaren, nggak terjadi hal yang tidak diinginkan, seperti kasur yang njomplang atau jebol sebelah.



Yuar memegang salah satu jabatan paling penting dalam tim kami: bendahara. Dia berasal dari Klaten dan berguru di tempat yang dulu merupakan pilihan pertamaku dalam formulir pendaftaran UGM: perguruan Psikologi. Yeah, pilihan pertamaku dulu adalah psikologi. Sastra Jepang itu pilihan kedua. Tapi dengan lembar jawab matematika yang sama sekali kukosongi waktu ujian masuk, tentu saja psikologi tidak terjangkau olehku. Tapi nggak masalah..sekarang setelah aku sedang menjalani awal tahun keempatku di sastra jepang, aku sangat bersyukur masuk jurusan ini.
Tuhan memang selalu memberikan yang terbaik untukmu, meskipun itu bukan hal yang kau inginkan. =)



Di antara kami semua serumah, menurutku Yuar lah yang paling tidak banyak bicara. Biasanya dia cuma nyeletuk, tapi kadang2 juga mengatakan sesuatu yang panjang dan berisi, misalnya kalo kami lagi berdiskusi tentang sifat manusia atau hal2 lain yang membutuhkan suara seseorang di bidang kejiwaan. Dia juga seorang gadis yang baik hati dan rajin beribadah.


Awal ketika kami mulai hidup bersama, ada sesuatu yang sedikit dipermasalahkan oleh Uzan selaku kepala suku rumah kami, yaitu (menurut dia) kurangnya pastisipasi Yuar dalam kegiatan rumah tangga dan kebersamaan kami. 
Yuar seringkali melakukan sesuatu sendiri, sibuk dengan pikirannya sendiri, menyendiri di dalam kamar, (hampir) selalu tidur paling awal, dan jarang ikut saat kami bersenang2 (baca: gitaran sambil nyanyi2, nonton film, dll) di ruang depan. Aku memahami itu sebagai sinyal, that she's simply likes to be alone, and can't stand crowd or useless-late-night activities. Dia menikmati kesendiriannya, dan percaya atau nggak, aku sangat mengerti itu, dan sama sekali nggak masalah dengan dia yang seperti itu. =)


Yah, untungnya ketidakpuasan beberapa orang tentang hal ini tidak menjadi masalah karena suatu malam kami sudah membicarakannya baik2, and again, it makes us even closer. Memang segala sesuatu itu harus dibicarakan baik2 agar segalanya jelas dan mengurangi kemungkinan adanya pihak yang terdzalimi.


Di pertengahan KKN, Yuar tiba2 terlihat sangat girang tanpa alasan yang jelas. Dia jadi lebih banyak bicara, lebih sering nimbrung, dan suka nyanyi2 kecil ato melompat2 ringan setiap saat. Awalnya perubahan mendadak ini terasa agak mengerikan, jangan2 Yuar yang sebenarnya diculik alien, atau jangan2 Yuar itu sebenarnya berkepribadian ganda, dan beragam spekulasi lain yang semakin lama semakin nyeleneh. But who care, aku suka Yuar yang ceria seperti itu. =D 
Cuma ada satu masalah: menurutku dia seringkali kelewat santai, kadang di saat yang tidak tepat. Nggak ada salahnya jadi orang yang santai (aku sendiri suka santai) tapi sebaiknya kita lihat sikon, apakah tepat untuk bersikap santai di waktu2 tertentu *self talk. =P


Anyway, actually I feel like I've never been a good friend to you, since I spent more time with the boys. 
If you ever feel that I unconsiously hurt you as the only girl friend in our home, then I owe you an apology. I'm sorry. =)


And that's about Yuar, silent and seems tough, yet fragile in some way. =) 




-------------------------------------------------------------------------------------------------


Begitulah kesan dan pesan saya tentang teman2 serumah ketika KKN. Bagaimanapun, kita telah melakukan dan melalui banyak hal bersama2, dan bukan sembarang pengalaman yang telah kita dapatkan, tapi juga pelajaran hidup yang akan berguna untuk diri kita. Semoga tali silaturahmi ini dapat terus terjalin untuk seterusnya.


Last but not least, thank you sooo much for our precious moments. I really apreciate it. 
Cheers! =D




Good night and see you.  
=)

Juni 30, 2011

When Your Mind's Made Up

Hello, there..
Akhirnya besok aku KKN! 
bener2 nggak kerasa, kukira aku masih bisa santai dan maen2 eh ternyata udah harus KKN..oh, FYI, aku KKN di Bima, NTB.
aku hafal reaksi orang2 setiap kali mendengar pernyataan tersebut:
1. Hah?? NTB?? ya oloh jauh bangeeeeeeet~~~
lalu aku harus menjelaskan bahwa aku ikut KKN tematik, dimana KKN tematik itu artinya kita bisa milih sendiri mau kemana, dan bahkan penjelasan ini mengundang pertanyaan lain
2. Kenapa NTB?? jauh bangeeeeeeeeet~~~
- - ya ini baru mau dijawab udah ditanyain lagi..lalu aku harus menjelaskan bahwa aku tadinya mau KKN reguler (artinya pasrah mau ditempatkan di mana) tapi kalopun ada tawaran tematik, aku maunya sekalian yang jauh. pernyataan itu pun masih mengundang pertanyaan lain
3. Naek apa kesananya?
naek bus.
4. Wow. berapa hari tuh?
tiga hari dua malem
5. Hah lama bangeeeeeeet~~~
= = iya, aku tau. ngapain kamu ngasih tau lagi (tentu saja aku gak bilang gitu). nggak apa2, kan rame2..lagian emang pada mau naek bus.

Aku tau pada awalnya beberapa orang bertanya hanya sekadar untuk basa-basi ketika kami berpapasan di suatu tempat atau tanpa sengaja berpartisipasi dalam satu kegiatan yang sama, tapi semua pertanyaan lanjutan yang mereka nyatakan selalu sama dengan 5 poin yang kutulis di atas, dan tak urung lama2 jadi bosan dan agak annoyed juga ="=  
Tapi aku nggak menyalahkan orang2 yang tanya kok, shoganai ne (apa boleh buat). Namanya juga sebuah interaksi sosial, kau seringkali menemukan pola yang sama dalam setiap pembicaraan. 

It's not over yet. Here's the final question (or maybe statement?):
6. Berapa orang timnya? Ati2 lho, NTAR CINLOK *muka dan nada ngegodain, nggak nyadar kalo sininya mulai sebel*

see? see?
bahkan pertanyaan (ato pernyataan) nomor 6 itu juga seringkali merupakan final question sebelum akhirnya kami berpisah jalan atau melanjutkan dengan topik yang laen, yaitu cinlok. 
aww c'mon..aku sampe bosen ngebahasnya. - -

akibat rentetan pertanyaan yang seragam antara orang satu dengan lainnya itu, aku jadi sedikit lebih berhati2 saat menanyakan hal yang sama, misalnya tiba2 aku ketemu dengan orang yang KKN di Papua (dan memang ada) mungkin aku nggak akan memburunya dengan pertanyaan2 klise yang berulang2 setiap hari. Daripada banyak bertanya, mungkin lebih bagus memberikan apresiasi. Misalnya begini:

aku: .....betewe, besok KKN di mana?
sample A: Hehe, Jauh nih (apabila dia lebih dulu mengatakan ini, ada indikasi dia mungkin dah sering dibilang "jauh bangyeeett~~" sama orang2 laen) di Papua
aku: wah, hebat ya..*terkagum2*
sample A: ah, nggak juga..*garuk2 belakang kepala*
aku: ya hebat dong! kamu kan KKN di tempat yang iklimnya dan budanyanya dan bahasanya dan semua2nya beda banget! Berani banget lah, sumpah
sample A: *malu2 senang* haha..ya gitu deh..

Nah, kalo gitu kan dia senang, kita senang, semua senang!
yah, nggak penting juga sih..haha..aku cuma bingung aja nih mau nulis apa..

Eniwei, besok aku berangkat KKN ke Bima naek bus. Perjalanan 3 hari 2 malam, nyeberang laut mungkin 3 kali (ato jangan2 4). Dan seperti orang yang mau menikah (kayak pernah nikah aja =P), second toughts-- keraguan yang berujung pada pemikiran akan adanya opsi lain--selalu muncul di saat2 terakhir sebelum keberangkatan. 
"repot banget nih, nyiapin barang2nya..coba dulu kkn reguler aja..=( "
"aaah malasnya nyiapin program..tau gitu milih tempat yang deket2 aja...=( "
and so on and so on.

Keraguan2 semacam itu sangat wajar untuk muncul..malah, in my case, selalu muncul di detik2 sebelum pelaksanaan hal2 besar. Misalnya, dulu aku mengisi psikologi sebagai pilihan pertama formulir ujian masuk UGM. Sastra Jepang--tempatku berguru saat ini--kutulis sebagai pilihan kedua.
Nah, ajaibnya, setelah sholat isya' di malam penentuan (jam 12 malamnya dah bisa tahu aku keterima di mana --ato gak keterima sama sekali), tiba2 aku jadi sangaaaaaat ingin keterima di sastra jepang. Aku malah jadi takut dan penuh dengan keraguan. duuh gimana kalo keterimanya di Psikologi (gaya banget - -). Lalu aku berdoa agar diberi yang terbaik. Meskipun aku setengah mati pengen masuk sastra jepang juga, kalo Tuhan berkehendak lain, aku percaya itulah yang terbaik untukku. 

Eh, pas jam 12 tepat aku sms, ternyata beneran masuk sastra jepang. 
Alhamdulillah puji Tuhan. Memang kekuatan yang luar biasa, yang tidak ada tandingannya.

Nggak cuma sekali itu, sebenarnya kalo aku lebih peka, banyak kejadian semacam itu, dimana ketika kita telah memutuskan sesuatu tanpa pikir panjang, di satu titik yang sangat krusial tiba2 kita menyesal dan ingin mengubahnya, berharap dengan sangat seandainya kita bisa memutar ulang waktu. Tapi itu tidak masuk akal dan sia-sia. Bagaimanapun, keputusan sudah diambil. When your mind's made up, there's no point try to change it. 
Saat keraguan2 itu datang, pikirkanlah, bahwa keputusan itu adalah keputusan kita sendiri. Tidak ada yang perlu disesali ato diragukan. Bulatkan niat. Pertebal tekad. Kuatkan hati. Perbanyak doa.
Sisanya adalah percaya. Kepada diri kita sendiri, kepada Tuhan. 

Insya Allah, dengan kuasa Tuhan, segalanya akan baik2 saja. Kalaupun bertemu dengan kesulitan, pasti ada jalan. Insya Allah. Allahuakbar.

Bismillahirrahmaanirrahiim.
Dengan niat yang tulus, hamba dan teman2 menjalankan misi ini ya Allah. Dengan kuasa-Mu, kami memohon segala yang terbaik bagi kami; kelancaran selama perjalanan dan jalan keluar dalam menyelesaikan segala kesulitan. Kami mohon bimbingan-Mu, ya Allah, sekarang dan sampai kapanpun. Hanya pada-Mu kami berdoa dan hanya pada-Mu kami memohon pertolongan. 
Rabbana atina fiddunya khasanah, wa fil akhiroti khasanah waqina azabannar..
amin yaa rabbal 'aalamiin.


see you when i see you. =]

good night 'n sweet dream.  

Juni 11, 2011

Diary Cinta Empat Musim Chapter 4: Musim Gugur

Akhirnya kami berciuman.

Sepanjang musim panas aku berusaha keras menanamkan benih di hatinya. Benih yang sama dengan yang ia tanamkan di hatiku.

Jadilah saat itu, suatu hari di musim gugur, kami berciuman. Sepertinya cukup lama, karena untuk beberapa saat aku tak menyadari daun-daun kering yang berguguran, yang kadang mendarat di kepalaku.

Kami berjalan-jalan di taman. Langkah kami berkemeresek menginjak daun-daun kering. Pohon-pohon yang tadinya rimbun mulai rontok dan jalanan dipenuhi daun kering hingga tukang sapu taman pasti kewalahan. Hawa mulai terasa tak jelas, tapi cenderung dingin. Gadis itu masih sama luar biasanya seperti dulu, tak terlihat seperti baru saja melewati musim panas yang membakar.

Dan kini aku tahu bagaimana ia berbicara, bagaimana ia tertawa, apa saja yang disukainya, dan segalanya tentang dia yang ingin kuketahui.

Lebih dari semua itu, aku tahu siapa lelaki yang dicintainya.

Kini hatiku telah dipenuhi kebun bunga yang ditanamnya. Aku selalu berharap ia juga merasakan hal yang sama. Namun beberapa hari menjelang musim dingin wajahnya mulai terlihat sedih.

”Sebentar lagi.” katanya.

Aku terlalu takut untuk menyimpulkan maksud kata-kata itu. Aku menyesal karena sekarang, setelah kami begini dekat, meskipun banyak yang telah kuketahui tentangnya, ia masih menyimpan banyak misteri.

Betulkah ia bidadari?
Mungkinkah ia malaikat?
Sejujurnya aku mulai yakin bahwa ia wanita salju.



-to be continued-

Juni 09, 2011

Diary Cinta Empat Musim Chapter 3: Musim Panas

Jalanan masih sama indahnya seperti saat musim semi. Hanya saja suhu yang meninggi dengan cepat ini menandakan bahwa sekarang telah memasuki musim panas. Para pengangguran berinisiatif menjadi penjaja kipas di pinggir jalan, dan mereka selalu pulang cepat dengan dagangan habis terjual.

Namanya juga musim panas, tentu saja terasa panas. Orang-orang mulai memakai baju yang terbuka, tak terkecuali gadis itu. Ia memakai baju yang sedikit lebih terbuka dari biasanya, tak merasakan banyak pandangan-tanpa-kedip ke arahnya di setiap gerak-geriknya. Kulitnya yang putih mulus terlihat semakin terang diterpa sinar matahari. Rambut indahnya dikuncir, memperlihatkan leher dan tengkuknya yang—jujur saja—berkali-kali membuatku tergoda.

Sebetulnya aku tak setuju ia berpakaian terbuka begitu. Sepertinya ia bisa meleleh kapan saja.

Lepas dari itu, bunga-bunga di dalam hatiku semakin banyak, membentuk sebuah kebun bunga. Hal ini, ajaibnya, mendorongku agar memberanikan diri untuk mendekati gadis itu. Bila ia memang rapuh seperti kaca, berarti harus ada yang menjaganya agar tidak pecah. Harus ada yang senantiasa membersihkannya agar kaca itu tetap mengkilat dan tidak kotor.

Sungguh, aku ingin menjadi orang yang melakukannya. Aku ingin menjadi orang yang dapat menjaganya.

Aku mulai dekat dengannya, namun masih tak berani bertanya,
Ia adalah bidadari,
Ataukah malaikat.
Entah kenapa, aku ingin meyakinkan diri bahwa ia wanita salju.