Maret 28, 2013

Kucing Loncat


Ulin adalah seorang gadis kecil yang agak gila, kata orang-orang.

Ia sering berbicara sendiri, tiba-tiba bernyanyi, tiba-tiba marah. Orang-orang di sekitarnya tak pernah mengerti apa yang ia katakan. Pada awalnya, mereka masih memperlakukannya dengan baik, namun kelamaan mereka muak dan mulai mengacuhkannya. Toh tak ada bedanya bagi Ulin, karena dia selalu hidup dalam dunianya sendiri, kata mereka.

Belakangan Ulin sering memanggil-manggil orang di sekitarnya, menarik-narik tangan mereka, menjambaki rambut, menampar-nampar pipi. Karena telah sepakat untuk mengacuhkannya, semua orang diam saja diperlakukan begitu. Tapi ulah Ulin semakin menjadi-jadi. Ia berteriak meraung-raung sambil memukul-mukul siapapun yang bisa diraihnya. Semua orang menjadi habis sabar.

"Apa, sih?!" hardik salah satu dari mereka.

"Kucing loncat!" jawab Ulin keras, tangannya menunjuk-nunjuk liar entah ke mana, matanya yang besar membulat, napasnya putus-putus.

Semua orang mengernyitkan dahi, tapi tidak ada yang membalas ucapannya lagi. Mereka semua beranjak meninggalkan Ulin.

"Kucing loncat! Kucing loncat! Kucing loncat!" teriak Ulin berulang kali, entah frustasi, entah senang, entah apa, tak satupun dari mereka yang tahu, tak satupun dari mereka menanggapi.

"...kucing loncat..." ujar Ulin lirih, mengawasi semua orang pergi meninggalkannya. Air menggenang di sudut matanya. 

--------------------------------------------------------------- 

Beberapa hari setelah itu, Ulin nyaris tidak pernah terlihat. Ia hanya terlihat berlarian di suatu tempat selama beberapa saat, lalu menghilang. Memanjati pohon-pohon di taman, lalu hilang. Memainkan ayunan yang berderit-derit, lalu hilang. Semua orang merasa lega karena tak harus menghadapi kenakalan Ulin lagi. 

Tapi tidak demikian halnya dengan Nala, gadis 20 tahun yang baru pindah ke daerah itu. Ia mengkhawatirkan Ulin, yang mungkin sendirian dan entah berada di mana. Mungkin kesepian dan kelaparan. Mungkin merasa tidak diinginkan dan bisa jadi berpikiran untuk kabur.

Maka Nala pergi mencari Ulin. Ia mencari di rumah-rumah, taman, sungai, pepohonan, tanah lapang. Ia mencari ke segala tempat di daerah itu yang mungkin didatangi Ulin. Tapi ia tak juga menemukannya. Langit mulai gelap, membuat firasat Nala tidak enak. Ia merasa harus menemukan Nala malam ini, atau segalanya akan terlambat. 

Tiba-tiba tertangkap oleh matanya, sebuah pohon di atas bukit tak jauh dari sana, tempat yang belum ia lihat. Jalan naik ke bukit itu cukup terjal, maka tadi ia langsung mengeliminasinya dari daftar. Tapi kalau dipikir lagi sekarang, mungkin sekali Ulin berada di sana. Mungkin mudah saja bagi badan Ulin yang mungil untuk memanjati bebatuan itu.

Maka Nala pun pergi ke sana, mendaki setapak demi setapak. Bajunya robek-robek, tangannya luka, seluruh tubuhnya lecet, peluhnya bertetesan. Tapi akhirnya ia berhasil memanjat sampai ke atas, dimana pohon yang besar dan rindang telah menantinya. Dan bersandar di bawah pohon itu--Ulin.

Menghembuskan napas lega, Nala mendekati Ulin dan duduk di sampingnya. Tepat di bawah mereka, rumah-rumah mulai menyalakan lampu, dan matahari menghilang dari pandangan.

Lalu terlihatlah oleh Nala, siluet yang terbentuk oleh lampu-lampu di bawah mereka, berwarna-warni membentuk lengkungan yang indah.

"Kucing loncat." bisik Ulin.

Ya, siluet kerlap-kerlip lampu itu memang terlihat seperti bentuk kucing yang sedang melompat. Sekarang Nala sudah mengerti. 

"Iya, bagus, ya." ujar Nala, memandang Ulin, yang balas memandangnya dengan mata berbinar-binar.

Tiba-tiba Ulin melonjak berdiri. "Orang tidur!" katanya sambil menunjuk bukit-bukit di kejauhan, yang setelah diperhatikan bentuknya seperti orang sedang tidur telentang.

"Dinosaurus!" teriaknya sambil menunjuk bayangan reruntuhan sebuah gedung yang diterangi cahaya lampu jalan. Meskipun butuh waktu, Nala dapat melihat maksud Ulin yang melihat siluet bayangan itu seperti bentuk Tyrannosaurus.

"Payung! Bebek! Kuda! Tangan!" seru Ulin girang sambil menunjuki gugusan-gugusan bintang yang menggerombol di beberapa tempat di atas mereka.

"Kucing loncat!" teriak Ulin dengan nada mantap, kembali menunjuk kota di bawah mereka, mengakhiri perjalanan imajinasinya. Matanya membulat bersinar-sinar memandang Nala.

"Iya," jawab Nala, tersenyum. "Bagus, ya."

Lalu Ulin kembali duduk di samping Nala, kepalanya bersandar. Di dekat mereka, seekor kucing tiba-tiba muncul.

"Kucing loncat!" teriak Nala dan Ulin bebarengan.


-selesai-

Maret 27, 2013

3 Hari Bersama Mitsume



Halo semua,

Kemarin sabtu (23/3) akhirnya (salah satu) hari yang kutunggu2 sejak awal tahun ini datang juga: konser Mitsume di Jogja.

Aku pertama kali melihat Mitsume bulan oktober lalu, yaitu saat kunjunganku ke Jepang bersama Brilliant at Breakfast. Aku memang sudah menulis band2 yg main di hari pertama dalam Finally Japan! -Part 1-  tapi karena aku tidak menulis tentang hari selanjutnya (karena males), jadi aku belum menceritakan tentang Mitsume.

Mitsume. Dari kiri ke kanan: Mao (gitar/synth), Yojiro (drum), Nakayaan (bass), Moto (vokal/gitar). Foto dari google.

Waktu pertama kali melihat dan mendengar nada2 yang mereka mainkan, aku langsung jatuh cinta pada pandangan (pendengaran?) pertama. Menurutku nada2 yg mereka mainkan sangat menantang dan nggak ngebosenin. Pokoknya aku suka suka suka banget sampai beli CDnya yang harganya kalo nggak salah sekitar 1600 Yen (kurang lebih = Rp160.000,-) sebagai apresiasiku terhadap musik mereka yang kece abis.

Setelah Mitsume manggung, aku dan Azam berhasil mendekati dan ngobrol sama drummernya Mitsume, Yojiro (yang mukanya paling ganteng dari mereka semua menurutku =3). Kayaknya dia seneng banget bisa ngobrol sama orang Indonesia pake basa jepang gitu deh, meskipun kami ngomongnya juga cuma segitu2 aja. Dan dia juga senang karena kami memuji dan membeli CD mereka. Tanpa disangka2, tiba2 dia nawarin buat nraktir kami sushi. Meskipun agak khawatir jangan2 dia nawarin gitu dalam keadaan mabok, tapi kami ngikut aja. Kalaupun dia emang lagi mabok ya ntar kepaksanya kami bayar sendiri.

Jadilah selepas acara--yaitu jam 5 pagi, karena gig-nya mulai jam 12 malam jadi baru selesai jam segitu--kami bertiga melenggang ke warung sushi 24 jam terdekat. Aku agak kaget karena ternyata lumayan banyak orang makan sushi jam segitu. Setelah memesan--yang semuanya adalah rekomendasi Yojiro--kami menunggu sambil ngobrol ngalor-ngidul. Dalam kesempatan itulah, muncul pembicaraan tentang adanya acara Japanese Whispers di Jogja, dimana Texas Pandaa juga pernah tampil. Lalu kami menyatakan keinginan--yang mungkin basa-basi mungkin beneran--untuk mengundang Mitsume juga suatu saat nanti. Sebagai ganti traktiran sushi, Azam juga berjanji untuk menraktir gudeg seandainya mereka beneran ke sini. Pembicaraan itu cuma muncul sebentar dan sambil lalu saja, selanjutnya kami ngobrolin hal lain yang sama sekali nggak berhubungan dengan scene musik apapun.

Kabar mengejutkan nan menyenangkan muncul awal tahun ini: Mitsume menanggapi dengan serius tawaran manggung di Indonesia, dan mereka bersedia. Aku kontan senang sekali. Tidak hanya karena aku bisa melihat live mereka lagi, tapi aku juga ingin mengenal mereka lebih dekat, ngobrol2 dan menemani mereka jalan2 selama di sini.

Meskipun tidak tergabung dalam panitia sejak awal, paling tidak aku ingin terlibat di sini. Dan untungnya, karena mereka butuh mobil untuk transportasi selama di sini, aku jadi terlibat sebagai kru penyedia transportasi Mitsume. Nggak untungnya, aku nggak bisa nyetir jadi agak ngerepotin banyak orang =P

Mitsume dijadwalkan sampai di Jogja tanggal 21/3 sore. Setelah proses yang agak rempong karena aku nggak bisa nyetir mobil jadi Seto--teman seperguruan seperjuangan--kudu datengin rumahku (yang jauh), akhirnya kami beserta Azam dan Arkham dengan mobil yang lain, menjemput mereka di bandara. Pesawat mendarat sekitar jam 4.20 (rodo nelat) dan kami langsung nungguin mereka di depan palang, bawa kertas bergambarkan tiga mata (mitsume=3 mata).

Dengan perasaan deg2an dan perut mules akibat excited, mataku berhasil menangkap sosok Yojiro di kejauhan, dan akhirnya--AKHIRNYA--aku bertemu lagi dengan band super kece itu. Selain Mitsume yang beranggotakan 4 orang, mereka membawa 2 orang tambahan sebagai fotografer dan videografer. DAN MEREKA SEMUA ADALAH COWOK KECE. Thank God i'm a girl. Haha.

Mitsume and crew di bandara. Dari kiri ke kanan: Yuta (foto/videografer), Nakayaan, Yojiro, Takuro (fotografer, rupane koyo wong indonesia), Mao, Moto

Sesuai rencana, mereka bakal nginep di rumah eyangnya Azam--sama halnya dengan Texas Pandaa waktu JapWhis#1 dulu--karena berada di dekat UGM (dekat pusat kota) dan yang jelas gretong. Selain mereka, Azam, Seto, Ogik--kakak dan sahabat seperguruan--aku, dan dua cewek teman Azam dari Bogor, Nana dan Ran, juga nginep rame2 di sana. Mitsume and the crew mendapatkan 3 kamar eksklusif (sekamar 2 orang) sementara kami para panitia sekaligus groupies cukup berbagi 2 kamar: kamar cewek dan cowok.

Di ruang tamu rumah eyangnya Azam


MITSUME at the living room!


Mereka main kartu buat mengundi siapa yang masuk kamar yang mana. lol. mutusin kayak gitu aja kudu maen kartu, jebul ncen orang2nya rada koplak XD


Makan malam di Gudeg Sagan. Sayangnya tempatnya lagi rame bianget jadi pesenan kami rada gak beres datengnya. Dan mereka makan krecek aja kepedesan. Dasar orang jepang -_-


Minum sambil ngobrol2 di Geronimo Cafe

Seperti yang sudah pernah kutulis di postingan tentang Jepang sebelumnya, mereka biasanya jauh lebih mudah membuka diri kalo udah minum (bir ya, bukan susu ato sogem). Jadilah demi mengakrabkan diri, kami ajak mereka ke tempat dimana mereka bisa minum, dan benar saja, suasana menjadi jauh lebih cair dan dari kesempatan itu kita bisa tahu seperti apa mereka sebenarnya. Karena pada kesempatan sebelumnya waktu aku ke Jepang aku baru ngobrol sama Yojiro, jadi aku belum pernah benar2 ngobrol sama yang lain. Ternyata Yojiro dan Nakayaan emang kelihatannya yang paling geje, sementara Yuta yang mirip cowok K-pop itu ternyata yang umurnya paling tua (ra ketok, sumpah). Takuro, Mao, dan Moto nggak banyak ngomong. Sampai hari terakhir mereka ada di sini, aku menyimpulkan Mao dan Moto memang yang paling pendiam--bukan berarti mereka nggak asik lho ya. Takuro nggak banyak omong, tapi kalo udah nemu bahan pembicaraan yang cocok, dia asik banget. Intinya aku seneng banget bisa ngobrol sama mereka. Kami ngobrol2 sampe sekitar jam 10, lalu pulang karena mereka ingin melihat sunrise di pantai keesokan harinya, yang menuntut kami harus bangun selambatnya jam 3 pagi.

Besoknya, meskipun udah bangun jam 3 pagi, tetep aja kami kudu ngebut alaihum gambreng buat ngejar sunrise--yang pada akhirnya nggak kekejar juga. Mobilku yang xenia, disupiri Ogik yang kalem dan kayak kucing manja kalo di jalan, setengah mati ngikutin mobilnya Azam yang disupiri Arkham yang nge-drift macam stunt man di film Fast&Furious. Entah bagaimana keadaan mereka dalam mobil itu, mungkin semuanya udah dibius sama Arkham biar nggak tereak2 macam naek roller coaster (he's a doctor, FYI). Pokoknya gilak banget deh, ngelewati jalan berliku-liku di bukit2 dengan gigi 5. Serem mampus. Aku berdoa sepanjang jalan, karena bagaimanapun kami sedang membawa ikemen (cowok muda ganteng) yang jauh2 ke jogja buat nge-band, bukan terdampar sia2 di jalan cuma gara2 mau ngejar sunrise--yang di pantai mana2 juga mungkin bentuknya sama aja. 

Setelah sekitar 2 jam yang sangat menegangkan, akhirnya kami berhenti di pantai Indrayanti. Matahari sudah terlanjur naik beberapa derajat di atas mata. Apa boleh buat, yang penting kami semua selamat mengantarkan para ikemen itu sampai tujuan. Di sana, kami bermain2 geje seperti biasa, sementara mereka foto2 dan bikin rekaman yang mungkin buat video klip ato sekedar video tur di Indonesia. Untungnya, pantai belum ramai pagi itu. Bayangin kalo kami datang siangan dan udah banyak pengunjung cewek. Bakalan habis dimintai foto itu mereka.

Pasca nge-drift. Untung pantainya emang bagus.


Cowok~ godain kita dong~ =3


Ikemen Paradise =33


Yuta (paling kiri) lagi nyuting

Setelah puas maen2, kami kembali ke mobil--mobilku kontan kebak pasir, kalo ada kucing masuk mungkin bakal dia kira tempat eek--untuk menuju destinasi selanjutnya: Gua Pindul. Untungnya kami nggak harus ngejar apa2 waktu ke gua pindul, misalnya kalo gak cepet2 guanya bakal nutup sendiri ato kami bakal diserang kawanan kelelawar, jadi perjalanan dari pantai ke sana nggak terlalu menyabung nyawa.

Bagiku pribadi, itu juga pertama kalinya aku ke sana, jadi aku sedikit excited untuk basah2an. Gua Pindul cukup asik dan menarik. Selain mendapat penjelasan tentang gua beserta stalaktit dan benda2 hidup lain di dalamnya dari bapak2 guide--yang kami terjemahin ala kadarnya pada para nihonjin--kami juga bisa maen aer dan cebur2an. Mereka kelihatannya puas dan senang, kami pun ikut senang. Sayang sekali karena sulit untuk membawa kamera di sana (takut basah) jadi tidak ada foto untuk kegiatan ini. Satu2nya foto2 mungkin berasal dari kamera Takuro--yang analog jadul masih pake film yang kudu dicetak buat tahu hasilnya.

Setelah puas basah2an, beberapa dari kami mandi, beberapa lainnya cukup ganti baju. Lalu kami melaju untuk makan pagi sekaligus siang (karena belum makan dari pagi). Kami makan di restoran kenalan Arkham. Macam penyetan sambal gitu deh. Entah karena lapar ato gimana, pokoknya kami makan dengan cukup antusias. Para nihonjin kami suruh makan pake tangan, karena begitulah cara kita makan penyetan =3. Mereka juga dengan takut2 mau nyobain sambal. Bagi mereka, seujung kelingking sambal terasi yang bagiku kemanisen dan nggak pedes blas sudah cukup untuk bikin mereka keringatan. Gila lemah banget deh. Kalo suatu hari di jepang ada lomba makan pedes aku mau ikut deh pasti menang.

Dengan perut kenyang, kami melaju kembali ke kota untuk mengantar mereka beli baju. Mungkin mereka nggak ngira bakal diajak basah2an, jadi pada bilang kalo baju yang mereka bawa kurang. Jadilah mereka kami bawa ke Amplaz, biar bisa pilih baju sendiri di Centro. Toh mereka nggak minta baju batik ato yang ke-indonesia2an, jadi kami bawa aja ke sana. Selain beli baju, kami juga makan es krim McD, dan mereka beli Dunkin Donuts buat mereka sendiri. Di depan Gramedia, kami bertemu badut Mickey Mouse yang lagi malas2an senderan di palang eskalator. Mereka nggumun banget ngeliatnya. Yojiro sampe bilang "Yaruki ga nai, ne (ketoke ra niat yo)" terus sambil ketawa-ketiwi ngajakin badut nggak niat itu poto2, yang disambut dengan nggak niat juga sama badutnya. Koplak deh pokoknya XD. Selain itu kami juga mengunjungi toko CD. Entah kenapa Yojiro penasaran banget sama JKT48. Azam memperkenalkan musik2 campursari dan gamelan pada mereka, sementara aku dan Ogik jelalatan ngetawain rak bagian bieber, pitbull, dan one e(di)rection. Seingatku Moto atau Mao sepertinya membeli beberapa CD musik jowo.

Karena sorenya ada janji interview radio, kami langsung pulang setelah urusan di Amplaz selesai. Masih ada waktu sebelum wawancara, mereka pun latian buat main akustik di sela2 wawancara nanti.

Latihan akustikan di rumah Eyang

Jam 5 lewat, kami mengantar mereka ke stasiun radio di kampus UGM, lalu siaran mulai sekitar jam 6. Atas permintaan Yojiro, program itu dimulai dengan memutar lagu Hebirote-nya JKT48. Aku dan Arkham joget2 di dalam studio, lupa bahwa itu ada video live streaming nya juga. Keliatan deh bodohnya (.__.). Kemudian saat memperkenalkan mitsume, dengan logat seadanya, mereka berhasil mengatakan "Suramatto maram, kami mitsume dari japang." yang disambut tepuk tangan gemesh dari semua orang. Hahaha.  

Berdasarkan wawancara malam itu, aku menyimpulkan bahwa Mitsume ini band yang terbentuk semata2 karena kesamaan minat terhadap musik mereka. Mereka tidak mengusung ideologi atau filosofi tertentu. Pokoknya kalo suka, maen aja. Mereka bahkan berpandang2an bingung waktu ditanyai apa genre musik mereka, dan dengan sekenanya menjawab pop. Memang bingung juga sih, mendeskripsikan apa genre musik mereka. Mungkin amannya sebut saja alternatif. Haha. Lalu waktu ditanya tentang arti2 lagu mereka, kebanyakan artinya simpel aja, misalnya untuk lagu berjudul Disco, mereka menjawab bahwa lagu itu menceritakan asiknya joget disko sampai pagi. Lalu tentang lagu berjudul Cider Cider, menceritakan minuman cider (soda yang rasanya asem2 manis asik. aku pernah minum dan sukak). Bahkan foto page facebook mereka pun random sekali, kata Moto (atau siapa ya, aku lupa) itu cuma foto kenalan senior bapaknya di perusahaan tempat bapaknya kerja. Hahaha random banget. But who cares. Selama mereka mainnya keren dan asik, aku nggak peduli hal lain di luar itu. 

Mitsume di studio siaran

Setelah siaran radio dan sesi akustik yang asik, kami pun pulang untuk makan malam. Malam itu mereka kami ajak ke Bumbu Desa--restoran paling merogoh kocek bagi kami para orang Indonesia ini. Habisnya mau gimana lagi, orang jepang biasanya suka diajak ke sana, sih. Sayang banget kalo gak diajak. Biarlah kami cukup memesan tempe.

Di Bumbu Desa, selain makanan pesanan mereka sendiri--yang banyak banget, entah kalap ato gimana ngeliat banyaknya jenis masakan yang ditawarkan--kami juga memesan yang unik2 macam pete dan es durian--yang keduanya tidak mendapat respon yang bagus. Hahaha, padahal aku doyan banget dua2nya. Setelah kenyang dan puas, kami pulang, istirahat mempersiapkan diri untuk esok hari dimana selain ada rencana ke Borobudur, tentu saja akhirnya hari Japanese Whispers #2 yang ditunggu2 datang juga.

Keesokan harinya, setelah sarapan nasi goreng bikinan eyang di rumah, kami berangkat ke Borobudur jam 8 kurang.

Di depan loket internasional visitor


yel2 sebelum masuk borobudur. entah kenapa kami jadi sering melakukannya =D


pake sunglasses jadi tambah ikemen =3


mitsume and the crew di depan tangga naik ke borobudur

Waktu itu jam 9 lewat, tapi matahari bersinar terik luar biasa, rasanya kayak jam 12. Tapi itu tidak mengurangi semangat kami untuk mendaki tangga terjal Borobudur sampai tingkat paling atas. Kebetulan lagi, waktu kami ke sana adalah hari sabtu, jadi rame mampus. Banyak anak2 SMP lagi study tour, yang kontan aja bikin ruckus. Mereka heboh banget ngekorin kami, sambil tereak2 "Suju! Suju!". Suju gundulmu, pengen tak tereakin aja rasanya. Mitsume jadi artis banget di sana, banyak banget yg minta foto, tanpa tahu sebenarnya mereka itu orang jepang ato cina ato korea, pokoknya ada 6 cowok ganteng dari Asia Timur yang mencolok banget kalo jalan bareng. Kami jadi macam manajer dan protokol pelindung mereka dari lalat2 berwujud anak SMP itu. Akhirnya kami biarin aja mereka foto beberapa jepret, biar seneng lah, kasian. 

Tanpa disangka2, kami juga bertemu rombongan penggemar Mitsume dari Semarang, yang bawa 2 cewek menarik dari Jepang juga. Kami ngobrol2 dan foto2 sebentar, sementara rombongan anak2 SMP yang makin menjadi2 itu gemremeng histeris di sekeliling kami. Duh, mumet, kaco, tapi entah kenapa rasanya lucu banget. Kayak angin ribut. Hahaha.

Setelah selesai berkecamuk dengan para fans dan anak2 SMP serta pengunjung2 lain yang tanya2 dan ngeliatin, akhirnya kami berhasil lepas dan harus pulang untuk cek sound di venue acara. Mereka tidur sepanjang jalan. Capek ya jadi artis. Sebelum masuk mobil, kami foto bareng di jalan keluar dari candi.

the whole crew of jalan2 mitsume (minus Arkham). depan (kiri-kanan): Yuta, Ogik, Seto, Azam, Moto. belakang (kiri-kanan): Nakayaan, aku, Takuro, Ran, Nana, Yojiro, Mao. Potone apik X3

Lalu akhirnya kami pulang untuk ambil alat2, dan langsung menuju LAF Garden untuk cek sound. Waktu pertama kali ngeliat tempatnya, mereka kaget karena katanya jauh lebih besar daripada bayangan mereka. Memang, sih, live house di jepang biasanya kecil2, jadi pada nggumun gitu ngeliat ada live house gede, outdoor, ada rumputnya lagi. Iso nggo bal2an. Haha.

LAF Garden, kece dan nggumuni
cek sound mitsume. karena pada nggak bisa basa Inggris, jadi Azam kudu bantu2


Yojiro sang drummer 


Moto sang vokalis


Mao sang gitaris


Nakayaan sang bassis

Nonton mereka cek sound aja aku udah deg2an. Waktu itu harapanku cuma semoga malamnya nggak hujan. Tapi kalaupun seandainya hujan, aku menetapkan hati untuk tetap berdiri di depan panggung dan lonjak2 sambil kebasahan. Syukur Alhamdulillah Puji Tuhan cuaca bagus sampai tengah malam, jadi semua penonton bisa berdiri di depan panggung.

Setelah cek sound Mitsume, aku agak disibukkan dengan urusan pertiketan, jadi kami berpisah dan baru bertemu lagi malam harinya ketika--akhirnya--Japanese Whispers #2 resmi dibuka!!

background untuk foto2 bareng para performer. kece banget yak?
tiket Japanese Whispers #2 yang warna-warni unyu =3

Format acara Japanese Whispers #2 sebenarnya diadaptasi dari format acara yang kami temukan di live house Shibuya Echo tempat kami pertama kali melihat Mitsume. Jadi itu adalah acara band2an tanpa MC, kami hanya menyediakan narator (tidak terlihat di panggung) yang membacakan editorial masing2 band dan permainan musik dari DJ di sela2 penampilan band. Menurutku format seperti ini lebih santai dan efektif, tanpa kita harus menekankan adanya band pembuka dan band utama. Semuanya mendapat porsi perhatian yang sama.

Karena kebagian tugas jaga loket tiket di depan, aku nggak bisa nonton live Dojihatori dan The Aftermiles, tapi gimanapun aku pengen nonton Mitsume, jadi di sepertiga akhir tugasku, aku meninggalkan pos dan menyerahkannya pada mereka yang nggak keberatan meskipun nggak nonton Mitsume. Lalu aku menyusup di antara kerumunan dan berhasil mendapat tempat lumayan pewe di depan panggung agak sebelah kiri, di depan Nakayaan si bassis. 

Lalu Mitsume pun mulai bermain. Dan sama seperti dulu, aku pun nggak bisa menahan diri untuk nggak goyang2 dan teriak2. Memang asik banget. Mitsume keren banget. Aku berkali2 meneriakkan nama masing2 dari mereka, dan "Mitsume, saaikoooooooouuuuu (Mitsume keren giilllaaaaaaaaakkkk)". Entah mereka denger ato nggak, bodo amat. Di sela2 antar lagu, Moto membacakan beberapa kalimat bahasa Indonesia yang dituliskan oleh Azam sebelumnya. Misalnya seperti "Kami cinta indoneshia" atau "karian ruaru biasa!" dan yang paling mendapat sambutan dari para cecewek, "kami semua mashi jomburo, rooo". Kyaaaaaa~ Meskipun aku nyaris yakin itu bohong sih, haha. Mereka pasti punya satu-dua cewek yang tersebar di beberapa tempat di Jepang =P.  

Penampilan live mereka sangat berbeda dengan rekamannya. Waktu live, mereka bermain begitu enerjik, Moto sang vokalis bahkan terlihat seperti orang yang berbeda dari biasanya. Pokoknya penampilan Mitsume kemarin ini lebih asoy daripada yang kutonton oktober lalu. Thank God aku ikut jadi panitianya =')


Live Mitsume. Lighting-nya keren. Sound-nya keren. Pokoknya semuanya keren! XDD

Saking asiknya joget2 mengikuti irama musik mereka, aku nggak ingat mereka main berapa lagu dan apa aja. Pokoknya setelah memainkan encore yang ditutup dengan agak menggila, akhirnya mereka turun panggung diiringi sorakan riuh penonton. Senang sekali. Tanpa bisa menahan diri aku pun menghambur menyambut mereka turun panggung dan ber-high five dengan mereka. Segala kejadian yang berlangsung setelah itu rasanya terjadi dengan cepat, seperti di-fast forward. Pokoknya penonton mengerubungi mereka, minta foto, minta ttd, ngajak salaman, beberapa penonton yang juga orang jepang dan teman2 dari sastra jepang juga berkerumun bergiliran ngajak kenalan dan ngobrol. Aku ikut senang melihat kesuksesan mereka menarik perhatian orang2 ini.=')

Setelah sebagian besar penonton pulang, akhirnya kami punya waktu untuk foto bareng, Mitsume dan panitia.

Shoot 1: pose biasa


shoot 2: pose fail


me and the guys. ow yeah. =3 langsung kujadiin profpict FB

Lalu kami foto2 dan ngobrol2, bersih2 LAF, sebelum akhirnya sekitar jam 12 pulang mengembalikan alat2 ke rumah. Habis itu kami panitia dan mitsume masih lanjut ke Mcd, karena kami belum makan sejak siangnya. Tapi waktu makan itu pun, mereka keliatan udah kayak mau tewas, jadi kami pulang duluan biar teman2 Mitsume bisa langsung tidur. Otsukaresamaaaa~ =D

Besoknya aku sedih banget karena harus berpisah dengan mereka. Coba kalo mereka nambah sehari aja, kan masih bisa diajak jalan ke malioboro dan karaoke )'=. Tapi apa boleh buat, mereka semua kan udah kerja, nggak bisa cuti lama2. Dan duitku juga udah habis. Haha. 

Aku selalu sedih waktu nganter orang ke bandara, dan berpisah dengan mereka entah kenapa merupakan salah satu yang paling sedih. Huhuu. T-T

foto bersama terakhir sebelum mereka pulang. 
Terima kasih, Yojiro, Nakayaan, Moto, Mao, Takuro, dan Yuta. Semoga kalian semakin kompak dan sukses. Bagaimanapun, kalian adalah band pertama yang aku tonton live-nya dan langsung suka sampai segininya. Pokoknya aku akan selalu mendukung kalian. Main lagi ke Indonesia yaa! Atau kalo nggak aku aja deh yang maen ke Jepang lagi! Hahaha.
  
Cheers for Mitsume!
Cheers for Japanese Whispers!!


See you again!

----------------------------------------------------------------------------------------
Tickets and backdrop design by: 
Azam Wijaya 

Photos by:
Latif Seto Kusumo
Matias Sri Aditya
Yuta Sekiyama

Thank you, guys! You're the best!