Mei 27, 2010

Saking Bagusnya Sampai Nggak Bisa di-Review

Hello there,,,


ternyata kuliahku semester ini hampir berakhir...waktu serasa berjalan begitu cepat, sebentar lagi aku bakal menjajaki tahun ketiga di perguruan sastra jepang ini....

apa aku baru saja mengatakan tahun ketiga???

o yeah, of course

padahal waktu baru masuk, tahun ketiga sepertinya begitu jauh, ternyata setelah dijalani nggak lebih jauh daripada jarak Bantul-Sleman.........
lalu habis tahun ketiga, ada tahun keempat....terus mungkin lulus (amin), cari kerja, dst dst.....


percaya deh, aku males banget mikirin itu (madesu)

jadi aku mau kasih referensi film bagus yang belum lama ini kutonton.





Suatu hari di bulan mei ini aku nonton film di bioskop. Judulnya "Shutter Island". Pemain utamanya mas Leonardo DiCaprio, dan sutradaranya pak Martin Scorsese. Aku nggak tertarik sama mas Leo, tapi sama pakdhe Scorsesenya, yang terkenal bertangan dingin dalam menyutradarai film (terutama thriller).

Shutter island ini genrenya thriller. Biasanya aku nggak suka film thriller, terutama dengan banyaknya film2 kelas B yang ngaku2 thriller tapi isinya cuma literan darah dan isi perut yang monjrot geje. Aku menyebutnya film monjrot2. Menyedihkan sekali....maksudku, nggak ada cerita apa2 di situ kecuali potongan2 tubuh manusia dan semburan organ dalam. Nggak ada cerita. Nggak ada ketegangan murni. Nggak ada kualitas. Nggak mutu.

Nah, Shutter Island ini beda. Waktu aku nonton dengan high expectation karena sutradaranya, ekspektasiku terjawab.

LUAR BIASA.
MANTAB.
SUBARASHIKATTA.

Sangat memuaskan. Ketegangan yang murni dan bertubi, dipadu dengan teka-teki memusingkan yang membuat penasaran, dibumbui alur maju-mundur yang sangat tepat, dan yang terpenting adegan demi adegan yang mengalir dengan begitu indah, membuat film ini begitu hhhhmmmmmmmmmmmm mammamia!!!!
kalo diibaratkan makanan, film ini adalah duren (aku sangat doyan duren).
Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku sepuas itu setelah menonton film. Terakhir kali mungkin District 9 yang kutonton tahun lalu. Tapi selain itu? Bahkan peraih golden globe Avatar dan peraih oscar Hurt Locker nggak bisa menandingi kedahsyatan Shutter Island, menurutku.

Jadi, apa yang membuat film ini begitu asik?



Sebenarnya aku ingin review ceritanya, tapi ada banyak bagian dari film ini yang terlalu memusingkan untuk diceritakan, karena ending (dan keseluruhan) film ini sendiri bisa memiliki dua arti, tergantung bagaimana penangkapan penonton. Setelah menontonnya, kau bisa merasa kecelik (aduh, bahasa indonesianya kecelik apa ya??) atau mendesah lega, "sudah kuduga...", atau mendapati bahwa keduanya bisa menjadi ending yang masuk akal. Aku sendiri memilih option ketiga.

oh, btw banyak orang mungkin akan ngantuk atau nggak ngerti atau bosan waktu nonton film ini, karena banyak hal tersirat yang nggak bisa dimengerti kalo nggak konsentrasi, dan beberapa adegan dialognya memang panjang2, tapi asal dari awal udah konsen, percaya deh, nih film bagus buanget. Dari segi apapun. Nilai 9 dariku.

Apabila kalian penasaran (dan semoga kalian memang penasaran), cobalah tonton filmnya dan rasakan tiap detik yang terlewat dengan adegan2 indahnya. Waktu nonton film ini aku bahkan lupa untuk mengubah letak dudukku, sampe waktu filmnya selese aku baru sadar bahwa pantatku udah kesemutan karena posisiku nggak berubah sejak awal film.

Kalo kalian berhasil nonton sampai selese dan menyukainya, sebarkan. Tapi kalo baru nonton 10 menit udah nggak kuat, lupakan.



Sekian post maunya-review-film-tapi-ternyata-filmnya-susah-buat-direview ini. Sori kalo nggak bisa dipahami.



-pesam noral-

aduh, tonton aja deh




good night 'n sweet dream.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar