Juni 06, 2011

Diary Cinta Empat Musim Chapter 2: Musim Semi

Tumpukan salju perlahan mencair. Jalan-jalan yang tadinya putih kembali pada warna aslinya. Pemanas di rumah-rumah mulai kehilangan pekerjaan dan orang-orang memilih untuk menanggalkan mantel dan syal mereka. Rupanya musim dingin yang menyenangkan telah berlalu.

Suhu yang cenderung naik ini menunjukkan bahwa sekarang memasuki musim semi, dimana tumbuhan di sepanjang jalan mulai berbunga dan seluruh kota tampak indah berwarna-warni.

Aku berhasil melewati musim dingin dengan sukses, mengingat sebetulnya sempat ada niat bunuh diri kemarin, saking putus asanya aku dengan hidup yang dipenuhi kekosongan ini. Keberhasilanku mengurungkan niat itu tak lepas dari kehadiran seorang gadis pada suatu malam di awal musim dingin. Dan bukan hanya itu, ia juga telah menanam sebuah benih dalam hati ini, semacam perasaan yang hangat, yang baru kukenal.

Gadis itu telah menanam semacam benih di hatiku. Aku merawat benih itu dengan baik, hingga—bersamaan dengan datangnya musim semi—berhasil mekar. Selanjutnya, aku perlu menyiraminya setiap hari dan merawatnya dengan kasih sayang. Mungkin benar kata orang, cinta adalah makhluk hidup yang harus dirawat dan dijaga baik-baik. Bila tidak, lama kelamaan ia akan menghilang.

Aku menghabiskan sepanjang hari di musim dingin hanya untuk memandanginya, namun tak berani mendekatinya. Ia terlalu bersih, bercahaya, terlihat tak pantas berada di tempat yang sangat kotor ini. Namun di sisi lain, aku juga merasa ia bagaikan kaca; rapuh, rentan, mudah pecah, bahkan bisa hancur berkeping-keping.

Ada banyak alasan mengapa aku tak bisa mendekatinya, meskipun aku ingin. Selain itu, aku juga belum tahu,
Apakah ia bidadari,
Atau malaikat.
Tapi aku tetap merasa ia wanita salju.




-to be continued-




ps: masih cerita bikinan jaman SMA...chapter 1: Musim Dingin bisa di lihat di post sebelumnya.
terima kasih sudah membaca. =]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar