Halo semua.
Suatu hari, seorang teman bertanya padaku, "apa yang membuatmu bahagia?"
Mungkin dia tidak bertanya dengan serius, ia menanyai semua orang dan menyuruh mereka menuliskan 'penyebab kebahagiaan' itu di papan, lalu dia foto. Iseng aja, katanya. Tapi waktu itu aku menangguhkan jawabanku, dan entah saking selonya atau bagaimana, memikirkannya dengan serius malam harinya.
Apa yang membuatku bahagia?
Uang? Cinta? Komik? Film? Makan enak? Lancar buang air besar?
Kalau ditanyai seperti itu, aku malah tidak tahu harus menjawab apa. Kucoba membuat list dalam kepala, merunutkan hal-hal yang sangat kusukai. Komik, anime, film, novel, musik, sop sayur, es krim, kucing, jalan-jalan, wisata, belajar ke luar negeri,...
Banyak hal bermunculan, sangat random. Bias antara yang hobi, kesukaan, keinginan.
Apa yang membuatku bahagia?
Tidur? Mengobrol? Menulis? Sholat? Mengaji?
Bukan, semua itu adalah kebutuhan dan kewajiban, dan sekaligus senjata penenang hati. Aku menulis ketika sedang gundah, dan berdoa setelah sholat ketika membutuhkan jawaban. Kadang mengobrol ketika merasa susah, sekadar mengingatkan diri bahwa dengan semua kesulitan ini, justru membuktikan kemanusiaanku, pernyataan tegas atas keberadaan kekuatan-Nya yang sedang menguji kekuatanku. Dan itu patut disyukuri.
Rasa syukur?
Ibuku selalu mengatakan bahwa manusia yang bahagia adalah manusia yang selalu bersyukur. Ya, itu masuk akal sekali. Aku pun selalu merasakan kelegaan yang luar biasa kala mengucap "Alhamdulillah". Kekuatannya sama dengan saat mengucap "Bismillah" ketika aku membutuhkan kekuatan untuk maju, memulai sesuatu.
Maju, memulai sesuatu.
Harapan? Tujuan hidup?
Tentu saja, hal itu juga sangat penting. Bernapas tanpa memiliki harapan dan tujuan hidup, apa artinya? Sama saja dengan mati. Aku memiliki banyak sekali harapan, beberapa sudah tercapai, sebagian belum, banyak yang nyaris mustahil. Di saat seperti itu, butuh kepercayaan besar. Terhadap diri sendiri, terhadap Tuhan.
Kepercayaan. Terhadap diri sendiri, terhadap Tuhan.
Apa yang membuatku bahagia?
Ah, sudahlah. Untuk apa dipikir. Kata mereka kebahagiaan itu tidak usah dicari. Usaha, syukur, percaya, maka ia akan datang. Mari kita buktikan kebenarannya.
Pertanyaan yang sesungguhnya perlu dijawab adalah, "Apakah kau bahagia?"
Kalau soal itu, sekarang belum bisa kujawab. =)
Selamat malam dan selamat menempuh hari senin. =)
selama saya bisa melakukan hobi dan makan enak, saya bahagia
BalasHapusjawab aja "bahagia". Entah bener ato ga, itu bisa jadi sugesti.haha
BalasHapus