Hello there,,
Aku sudah melewati beberapa hari dengan nonton toys story3, beberapa pertandingan dahsyat terutama mega-dahsyat-match Jerman-Argentina yang berakhir 4-0 (euforia saya), dan beberapa kejadian fail akibat muktamar, dll.
Sebenarnya aku ingin menulis semuanya; semua menarik untuk diceritakan, namun apa daya belakangan ini aku disibukkan dengan tiga keluarga kerabat dari Surabaya yang menginap dalam rangka mengikuti muktamar. Aku nggak masalah dengan pakdhe-budheku, masalahnya anak2nya itu lho, masya allah...
.................................................................................
gitu deh. (malas ngingetnya)
Oke, karena masih dalam rangka piala dunia, aku mau menceritakan salah satu tim (yang pernah jadi) favoritku: LIVERPOOL.
Yeah, sejak jadi penggemar bola aku tanpa sengaja mencari2 tim yang bisa kuidolakan. Awalnya aku tertarik dengan MU-masa-Beckham dan AC Milan-masa-belum-pada-jadi-om2-alias-masih-muda2 (sekarang AC Milan isinya dah pd jd om2 semua sih, zannen ne...).
Dibilang tertarik juga, aku waktu itu belum terlalu ngikuti pertandingan2 mereka sih, cuma pas aku nonton aja kebetulan mereka yang lagi maen, dan menurutku mereka bagus...baru waktu aku SMP kelas 2-3, aku menemukan idola baru, yang memang layak diidolakan: Barcelona (Spanyol). Bukan hanya karena di situ ada si pemain terbaik (pada waktu itu) Ronaldinho, tapi mereka memang bagus permainannya. Sejak itu, barulah aku mulai rajin ngikuti ajang yang namanya Liga Champion, yaitu tempat bertemunya liga2 di benua eropa untuk memperebutkan gelar juara yang--seperti kukatakan di posting sebelumnya--lebih seru untuk diikuti daripada piala dunia.
Jadilah pas kelas 3 SMP, aku njagoin Barcelona dan AC Milan untuk final liga champion. Pertandingan2 liga champion waktu itu bersamaan dengan hari2 ujian akhir, hingga finalnya tak lain dan tak bukan diadakan di malam UAN SMP hari terakhir. Apa? malam UAN kok malah nonton bola, bukannya belajar?! ha mbok ben.
Singkat cerita, waktu aku lagi ngefans2nya sama Barcelona, eh, mereka kalah sebelum melaju ke final!! Siapa yang mengalahkannya?
Ternyata salah satu tim raksasa dari Inggris: Liverpool.
Sebelumnya aku nggak tahu banyak soal Liverpool, kecuali si cepat Michael Owen pernah bermain di sana, sebelum akhirnya pindah ke tim-sok-keren-dumeh-kaya Real Madrid (Spanyol). Selain itu, aku nggak tahu apa2 lagi, kecuali kenyataan bahwa mereka baru saja mengalahkan Barcelona, yang favorit juara pada saat itu.
Setelah itu, Liverpool melaju dengan mulus sampai final, dimana AC Milan telah menanti. Kontan aja aku mendukung AC Milan, rada sebel ngedumel gara2 jagoku dikalahain sama Liverpool.
Akhirnya datang juga hari itu. Final Liga Champions. Disusul UAN beberapa jam kemudian.
Pertandingan berjalan seru. AC Milan sangat rajin dan telaten menggebrak pertahanan Liverpool yang cukup bagus. Usaha mereka tidak sia2, di babak pertama saja AC Milan sudah menang 3-0. Babak pertama lho. Artinya dalam 45 menit, mereka bisa membuahkan 3 gol; pencapaian yang luar biasa, mengingat ini final.
Aku jingkrak2 di gol mereka yang ketiga. Sambil mbatin, mungkin bisa kutinggal tidur...tapi tidak, itu bukan sikap bola mania sejati. Aku akan menonton pertandingan sampai selesai dan meyaksikan mereka mengangkat trofi kemenangan itu.
Nah masalah bermula saat babak kedua, dimana Liverpool menyusul 3-1.
Dengan kecepatan dan variasi serangan yang lebih heboh daripada AC Milan, mereka menggempur pertahanan AC Milan habis2an. Gol kedua pun menyusul.
Serangan mereka tak berhenti sampai di situ. Terus-menerus dan bertubi2, menjelang menit2 akhir masuklah gol ketiga yang spektakuler.
Hasil 3-3.
Damn, they were GREAT.
Dengan kekalahan 3-0, mereka berhasil MENYUSUL. Nggak sembarangan nyusul, permainan mereka bahkan lebih memukau.
Dan saat itu lah, ketika mereka yang kalah bukannya putus asa, namun tetap berjuang sekuat tenaga meraih hasil terbaik, aku jatuh cinta.
Aku jatuh cinta pada kegigihan mereka.
Aku jatuh cinta pada semangat mereka.
Aku jatuh cinta pada kedahsyatan permainan mereka.
dan aku jatuh cinta pada sang pemain tengah sekaligus kapten sekaligus kreator serangan mereka, Steven Gerrard (Inggris).
Kembali ke pertandingan. Karena final, hasil seri tidak bisa diterima. Perpanjangan waktu 15 menit x 2 pun dilakukan. 15 menit pertama, hasil nihil. Demikian pula dengan 15 menit kedua, sehingga pertandingan harus diselesaikan dengan cara paling tidak adil, penalti.
Aku benci penalti. Seakan2 kerja keras selama 90 menit+30 menit itu sama sekali tidak dihargai. Tapi apa boleh buat, mau apa lagi...masak karena menghindari penalti, dibuat peraturan baru, yaitu pelatih kedua tim harus adu kemampuan atau main catur...lebih aneh lagi, kan.
Aku sudah lupa siapa aja starter babak penalti, pokoknya setelah penantian panjang nan melelahkan (penaltinya bahkan berjalan lama karena hasilnya masih seri terus), akhirnya dipastikan Liverpool yang menjadi juara.
Mereka kalah 3-0, lalu menyusul hingga 3-3, berhasil mempertahankannya hingga merekalah yang memenangkannya.
Aku melihat sorak-sorai gegap gempita dari lautan merah pendukung Liverpool. Mereka melompat-lompat sambil bernyanyi, mengacungkan bendera, umbul2, dan syal merah bergambar logo Liverpool dan bertuliskan "You Will Never Walk Alone", semboyan Liverpool.
Para pemain pun berlarian bak kesurupan. Mereka berteriak2 gembira, saling memeluk dan menggendong, dan segala bentuk pelampiasan kegembiraan mereka.
Perayaan terus berlanjut selama beberapa menit, sebelum akhirnya penyerahan medali dan piala dilakukan.
AC Milan sebagai runner up maju lebih dulu untuk menerima medali mereka. Aku ikut sedih, tapi memang, kelengahan mereka sehingga skor berhasil tersusul itu tak bisa dimaafkan.
Setelah itu, tibalah saatnya sang juara menerima medali dan piala mereka. Wajah mereka luar biasa bahagia, terutama wajah sang kapten. Dia bermain luar biasa, dia patut menerimanya.
Begitu piala sudah di tangan, segera saja lautan merah di seluruh penjuru stadion bergerak liar, sorak-sorai memekakkan telinga, semua bangga, semua merayakannya.
Begitu pula aku, yang sedikit meneteskan air mata karena terharu.
Bagus. Bagus sekali. Salah satu pertandingan yang tak terlupakan.
Sejak itu, aku jadi penggemar Liverpool. Aku menyadari, Liverpool memiliki kekuatan untuk terus berjuang meski skornya tertinggal. Mereka sangat inspiratif. Kalah 3-0 dari Chelsea, mereka berhasil menyusul, bahkan melebihi, jadi 4-3 untuk Liverpool. Meskipun setelah itu kembali tersusul jadi 4-4, namun semangat mereka selalu berkenan di hati. Begitu pula saat mereka melawan juara bertahan Liga Inggris: MU. Semua orang menjagokan MU yang kokoh dan raksasa di puncak. Tapi apa yang terjadi? Liverpool menggilasnya 4-1.
Nggak salah pilih Liverpool sebagai idola.
Masalah datang belakangan, ketika striker Liverpool Fernando Torres dilanda cedera berkepanjangan dan tim kaya raya asal Spanyol Real Madrid membeli dua pemain inti Liverpool sekaligus. Mereka jadi terpuruk. Performa menurun, dan jarang mencetak skor. Semangat mereka tidak hilang, hanya saja ketajaman mereka merosot drastis.
Sungguh sangat sayang sekali.
Gara2 itu, aku jadi benci setengah mati sama Real Madrid, yang dengan semena-mena dan rakus membeli sekaligus 2 pemain inti tim kesayanganku itu. Mentang2 kaya, dia pikir bisa seenaknya sendiri. hih, nyebelin banget.
Tapi aku masih berharap pada kalian, Liverpool. Semoga kalian bisa bangkit kembali, dan sekali lagi menunjukkan semangat dan kegigihan kalian lewat permainan2 yang dahsyat khas kalian. Aku, dan banyak penggemar Liverpool lain, masih setia menunggu. "You will Never Walk Alone", dear.
Bagaimanapun, saat kalian memenangkan piala Liga Champions pada tahun 2005 itu, permainan kalian telah mengalihkan duniaku.
good night 'n sweet dream.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar