Januari 25, 2010

Me, Love, and Whisper of The Heart

Hello there, aku barusan nonton Whisper of The Heart yang disutradarai Hayao Miyazaki (Spirited Away) produksi studio Ghibli. Menurutku ada satu kata yang cocok menggambarkan rasa dari film ini: manis. maaaniiiss sekali rasanya..aku kurang suka makanan manis, tapi film yang manis itu lain cerita. Film ini mengisahkan seorang gadis SMP yang sangat suka membaca buku dan menulis segala sesuatu. Singkat cerita ia menemukan cinta lewat kartu perpustakaan dari buku2 yang ia pinjam (bingung?tonton aja sendiri). Si cowok, yang sama-sama kutu buku juga, bisa bikin dan main biola. Si cowok ini rupanya sudah memikirkan masa depannya dengan baik, dia bahkan sudah menargetkan Italy sebagai tempatnya belajar. Si cewek jadi agak minder, mengingat dia belum memikirkan apapun soal masa depannya. Ia merasa tertinggal dari orang yang disukainya, hingga akhirnya ia bertekad untuk melakukan hal yang--sepertinya--merupakan bidangnya: menulis. Ia menulis sebuah novel berjudul "Whisper of The Heart" ato ”耳をすませば”dlm basa jepang (klo gag salah). Isi novelnya tidak perlu kuceritakan, pokoknya novel ini merupakan simbol resolusinya untuk melangkah ke depan agar tidak kalah dengan si cowok. Dan untuk sementara mungkin ia berhasil. Yang jelas, tiba-tiba si cowok pulang dari Italy dan melamarnya. Yeah, straightly proposed. Dan mereka kelas 3 SMP. Kisah cinta yang ringan dan menyenangkan. Dan manis. Nah, mari kita lupakan dulu soal film ini. Aku ingin berbicara tentang diriku. Sesuatu yang kadang menjadi pikiranku, namun tak pernah kukatakan. Pada siapapun, termasuk kau. Bicara tentang cinta, aku merasa belum pernah benar2 merasakan perasaan yang namanya cinta. Aku pernah menyukai seseorang, bahkan (mungkin) beberapa orang (cowok, tentunya) namun aku sangsi apakah itu cinta. Rasanya itu hanya rasa suka yang ringan, tidak membebani pikiran, tidak memporak-porandakan perasaan. Teman2 SMA-ku bilang aku nggak normal. Tapi ibuku bilang, mungkin aku cuma seorang gadis yang tidak mudah, alias sulit, untuk jatuh cinta. Ada yang seperti itu, contohnya ya ibuku sendiri. Aku tidak suka dikatakan tidak normal, rasanya aku melakukan sesuatu yang salah. Apakah belum pernah jatuh cinta sampai kuliah semester 3 itu salah? well, ya, mungkin itu memang waktu yang sangat lama..mengingat hampir semua orang di sekitarku sudah meiliki pasangan..tapi tolong anggap saja aku ini hanya terlambat menemukan jodohku. Dan andai yang dikatakan ibuku, bahwa aku hanya sulit jatuh cinta, itu benar..mungkin aku malah agak lega. Masalahnya, sepertinya bukan itu. Aku kadang (kadang lho) berpikir, alasan sampai sekarang aku belum pernah jatuh cinta adalah karena diriku sendiri. Aku mengenang kembali rasa suka yang pernah ada, dan aku menemukan sebuah pola yang masuk akal. Here's the situation: aku dekat dengan seseorang, dan mulai menyukainya. Aku sadar bahwa aku menyukainya, dan sadar juga bahwa ia tidak menyukaiku seperti aku menyukainya, dan aku menyerah begitu saja. Why? Maybe it's all about the physical look, friend. Mukaku bopeng dan jerawatan. Berat badanku berlebih. Aku tidak feminin. Dan aku tak punya bakat atau keahlian khusus. Aku tak punya apa-apa. Aku ini manusia yang kosong. Mungkin aku merasa tak cukup cantik, tak cukup menarik, tak cukup percaya diri untuk jatuh cinta. Setiap kali aku mulai menyukai seseorang, aku terus berusaha menekan perasaan itu. "Jangan sar, jangan, dia tuh nggak cocok sama kamu..lagian dia pasti udah suka orang laen kok, udahlah..." I keep telling to my self. Jangan heran atau kaget, apalagi tertawa. Mungkin kalian mengingat diriku yang biasanya kalian lihat dan kenal, dan tidak mengenali diriku yang ini. Tapi itulah kenyataannya, teman. Kekhawatiran itu bukannya tak beralasan. Tapi mungkin dasarnya aku ini orang yang cuek. Kekhawatiran soal physical look tadi kan bukannya nggak bisa diatasi. Seharusnya aku kan bisa berusaha untuk memperbaikinya. "Berapa kali kamu sudah bertekad, sar?? sering! dan apa-apaan tekadmu itu?! LEMAH!! tekad lemah! resolusi kosong! Bayi masih lebih kuat daripada kamu, tau!" haaaahhh...manusia yang menyedihkan... jadi begitulah, teman..semua yang kuutarakan tadi biasanya muncul ke permukaan pikiran kalo aku lagi nonton film2 cinta antar dua anak manusia yang manis, atau lagi denger curhatan cinta dari teman. Mungkin sebenarnya aku tidak terlalu peduli, tapi jujur saja aku mulai mengkhawatirkan masa depanku... Oh, dan tiba-tiba aku merasa sedih sampai ingin menangis...sebaiknya sampai sini saja post kali ini. Aku sudah cukup bercerita. -Semoga suatu hari nanti akan datang- Terima kasih apabila kalian bisa mengerti. good night n sweet dream.

1 komentar:

  1. Aku pernah merasakan hal serupa, sar. Serius.
    Oke, mungkin, maaf [serius maaf, gak bermaksud merendahkan, ini fakta], masalahku bukan pada penampilan. Tapi lebih ke dalam diriku, and many aspects [that is not visual related] inside.
    Hal2 tersebut kadang membuat entah minder--hampir sama dengan ceritamu, atau ya--merasa berbeda dan menimbulkan sebuah pemikiran yang 'berbeda' pula [abstrak ya?] :

    Sebenarnya, aku merasa 'berbeda' dengan orang lain [oke, bukan masalah orientasi seks tentunya. surprisingly, i'm straight--so far.], mungkin kapan2 akan kuceritakan hal ini padamu. [bisa kamu tagih kapan2].

    dari 'perbedaan'ku itu sih ada aspek2 yang agak mirip denganmu : soal cinta.
    oke, aku pernah bilang aku jatuh cinta. tapi nggak pernah berakhir 'maju terus' dalam jatuh cinta itu. selalu ujung2nya yamemasu. [bukan nyerah juga sih, i'll explain later]


    terlalu publik ah untuk dibahas di sini secara detail.

    pesanku satu : yang kutahu, kamu berbakat dan terbukti cukup bagus [atas usahamu tentunya, gak cuma bakat] di beberapa hal : menggambar, nyanyi~, piano, nglawak, dsb.

    kalau kamu merasa 'bungkus'mu kurang menarik, ya bikinlah aroma yang menarik : karisma.


    maaf kalau racauanku nggak berkenan.

    good luck, my friend.

    -Azam

    BalasHapus